Di susun oleh
Annisa Asri
140201010060
Fakultas
Kedokteran Hewan
Banda
Aceh
Tahun
Ajaran 2015/2016
Kata
Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “obat-obat yang mempengaruhi system cardiovascular”.Pembuatan
makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui efek yang ditimbulkan oleh
obat terhadap system cardiovascular.Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan
kepada dosen pembimbing yaitu drh.Abdul Haris,MP selaku staf pengajar
Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
berserta teman-teman seperjuangan. Penulis berharap dengan pembuatan makalah
ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi para pembaca yang budiman.Jika terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini penulis mohon
maaf , penulis juga menerima saran dan kritik .
Banda Aceh , 20 April 2016
Penulis
Daftar isi
Kata pengantar.................................................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................................................ 3
Bab I.................................................................................................................................................................. 4
1.1.
Latar
belakang.......................................................................................................................................... 4
1.2.
Tujuan
Pembuatan Makalah...................................................................................................................... 4
1.3.
Rumusan
Masalah..................................................................................................................................... 4
Bab II................................................................................................................................................................. 5
2.1. Pengertian Obat Kardiovaskuler................................................................................................................ 5
2.2. Pembagian Obat Kardivaskuler.................................................................................................................. 5
2.3. Pengertian dan pembagian obat
Kardiovaskuler........................................................................................ 5
Bab
III............................................................................................................................................................... 26
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................................................. 26
3.2. Kritik dan Saran......................................................................................................................................... 26
Daftar Pustaka................................................................................................................................................... 27
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Obat adalah benda atau zat yang
dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu bahan atau paduan
bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
Obat yang ada saat ini masih
jauh dari ideal. Tidak ada obat yang memenuhi semua kriteria obat ideal, tidak
ada obat yang aman, semua obat menimbulkan efek samping, respon terhadap obat
sulit diprediksi dan mungkin berubah sesuai dengan hasil interaksi obat, dan
banyak obat yang mahal, tidak stabil, dan sulit diberikan. Karena banyak obat
tidak ideal, semua anggota tim kesehatan harus berlatih “care” untuk
meningkatkan efek terapeutik dan meminimalkan kemungkinan bahaya yang
ditimbulkan obat.
Sebagai salah satu dari tim
medis perawat seyogyanya telah paham betul akan pemanfaatan obat yang bertujuan
memberikan manfaat maksimal dengan tujuan minimal. Dan berikut ini adalah peran
perawat dalam pengobatan :
· Mengkaji kondisi pasien
· Sebagai pemberi layanan
askep, dalam pemberian obat.
· Mengobservasi kerja obat
dan efek samping obat.
· Memberikan pendidikan
kesehatan tentang indikasi obat dan cara penggunaannya.
· Sebagai advokat atau
melindungi klien dari pengobatan yang tidak tepat.
1.2.TUJUAN
PENULISAN
Menyelesaikan tugas
Farmakologi
Mengetahui pengertian
tentang obat jantung/kardiovaskuler
Mengetahui penggolongan obat
jantung
Mengetahui indikasi dari obat
jantung
1.3 Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan obat
jantung/kardiovaskuler?
Apa saja penggolongan obat jantung
Apa saja indikasi dari obat jantung?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian obat
kardiovaskuler
Obat
Sistem kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi
& memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah )
secara langsung ataupun tidak langsung. Jantung dan pembuluh darah
merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan
dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung
sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke
jaringan. Pembuluh darah dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis
dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan
kelainan pada sistem kardiovaskuler.
2.2 Pembagian obat
kardiovaskuler
A. . anti anemia
B. anti pembekuan darah
(koagulansia)
C. anti pendarahan (hemostatis)
D. obat syok
E. anti hipertensi
F. anti hipotensi
G. anti migrain
H. deuritika
2.3 Pengertian pembagian obat
kardiovaskuler
A. Anti anemia (hematinik)
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin plasma lebih rendah dari
normal akibat penurunan jumlah sel darah merah yang beredar atau total
hemoglobin yang abnormal lebih rendah per unit volume darah.
Anemia dapat disebabkan oleh
kehilangan darah kronik, kelainan sum – sum tulang, peningkatan hemolisis,
infeksi, keganasan, defisiensi endokrin, dan sejumlah keadaan penyakit lain.
Kondisi ini dapat diperbaiki dengan transfusi darah utuh. Sejumlah obat dapat
menyebabkan efek toksik pada sel – sel darah, produksi hemoglobin atau alat –
alat pembuat sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia. Selain itu, anemia
nutrisional yang disebabkan oleh defisiensi substansi makanan (misalnya besi,
asam folat, vitamin B12 (sianokobalamin) diperlukan
untuk eritropoiesis normal.
Dengan demikian obat-obat ini
digunakan untuk mengobati anemia dan dinamakan juga sebagai hematinika. Obat
lain yang berpengaruh terhadap eritropoesis yaitu
riboflavin,piridoksin,kobal dan tembaga. Ada juga beberapa hormone yang secara
tidak secara langsung juga mempengaruhi eritropoesis misalnya hormone
tiroid,gonad dan adrenal.
Ada juga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sel darah merah yaitu
eritropoetin yang terutama dibentuk oleh ginjal. Zat ini berperan sebagai
regulator poliferasi eritrosit sehingga bila terganggu dapat berakibat anemia
berat.
ANTIANEMIA DEFISIENSI
· BESI (Fe) dan
GARAM-GARAMNYA
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb),sehingga defisiensi Fe akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb
yang rendah menimbulkan anemia hipokromik mikrositik.
Zat besi disimpan dalam sel – sel mukosa intestinal sebagai feritin (suatu kompleks
protein / besi) sampai dibutuhkan tubuh. Defisiensi besi disebabkan oleh
kehilangan darah akut atau kronik, pemasukan yang kurang selama periode
pertumbuhan cepat anak – anak, atau menstruasi berlebihan atau wanita hamil.
Karena itu, keadaan ini merupakan akibat keseimbangan negatif besi yang
disebabkan habisnya simpanan besi dan pemasukan yang tidak cukup, memuncak pada
anemia mikrositik hipokrom. Penambahan sulfas ferrosusdiperlukan
untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Gangguan gastrointestinal yang
disebabkan oleh iritasi lokal merupakan efek samping paling sering akibat
suplemen zat besi.
SUMBER ALAMI
Makanan yang mengandung Fe dalam kadar tinggi (lebih dari 5 mg/100 g) adalah
hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang,kacang-kacangan dan buah-buahan yang
tertentu. Makanan yang mengandung besi dalam jumlah sedang(1-5mg/100g) termasuk
diantaranya daging, ikan, unggas, sayur-sayuran yang berwarna hijau dan
biji-bijian. Sedangkan susu atau produknya dan sayuran yang kurang hijau
mengandung besi dalam jumlah rendah (kurang dari 1 mg/100 g).
INDIKASI
Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia
defisiensi Fe. Anemia defisiensi Fe paling sering disebabkan oleh kehilangan
darah. Selain itu dapat pula terjadi misalnya wanita hamil (terutama multipara)
dan pada mas pertumbuhan,karena kebutuhan yanh meningkat. Banyak anemia yang
mirip anemia defisiensi Fe. Pada anemia defisiensi Fe dapat terlihat granula
berwarna kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang.
EFEK SAMPNG
*intoleransi dalam sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah
Fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi pada setiap pemberian.
*Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyari lambung (+-
7-20%),konstipasi (+- 10%),diare (+- 5%) dan kolik. Gangguan ini biasa ringan
dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah
makan, walaupun dengan cara ini absorpsi dapat berkurang.
Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi local pada tempat suntikan
yaitu berupa rasa sakit,warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal
dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada
pemakaian IM dibandingkan IV.
VITAMIN B12
Vitamin B12
(sianokobalamin) nerupakan satu-satunya kelompok senyawa lain yang mengandung
unsur Co dengan struktur yang mirip dengan derivate porfirin alami lain.
Molekulnya terdiri atas bagian-bagian cincin porfirin dengan satu atom Co, basa
dimetilbenzimidazol, ribose dan asam fosfat. Umumnya senyawa dalam kelompok ini
dinamakan kobalamin. Penambahan gugus-CN pada kobalamin menghasilkan
sianokobalamin, sedangkan Penambahan gugus-OH menghasilkan zat yang dinamakan
hidroksokobalamin. Sianokobalamin yang aktif dalam tubuh manusia adalah
deoksiadenosil kobalamin dan metilkobalamin.
DEFISIENSI VITAMIN B12
Kekurangan vitamin B12 dapat disebabkan oleh kurangnya asupan (kadar dalam
makanan kurang, terganggunya absorpsi (absorbsi vitamin rendah akibat gangguan
sel – sel parietal lambung dalam menghasilkan faktor intrinsik), hilangnya
aktivitas reseptor yang dibutuhkan guna pengambilan vitamin intestinal,
terganggunya utilisasi, meningkatnya kebutuhan, destruksi yang berkelebihan
atau ekskresi yang meningkat.
SUMBER VITAMIN B12 ALAMI
Sumber asli untuk satu-satunya vitamin B12 adalah
mikroorganisme. Bakteri dalam kolon manusia juga membentuk vitamin B12, tetapi
ini tidak berguna untuk memenuhi kebutuhan individu yang bersangkutan sebab
absorpsi vitamin B12 terutama berlangsung dalam ileum. Selain itu, vitamin B12
dalam kolon ternyata terikat pada protein. Jadi sumber untuk memenuhi kebutuhan
manusia adalah makanan hewani sebab tumbuh-tumbuhan tidak mengandung vitamin
B12 .
Vitamin B12 dalam makanan manusia juga terikat pada protein, tetapi
akan dibebaskan proses proteolisis. Jenis makanan yang kaya akan vitamin B12
adalah jeroan (hati, ginjal, jantung) dan kerang. Kuning telur,
susu kering bebas lemak dan makanan yang berasal dari laut (ikan sardine,
kepiting) mengandung vitamin B12 dalam jumlah sedang.
ASAM FOLAT
Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian
pteridin,asam paraaminobenzoat dan asam glutamate. Folat terdiri dalam hampir
setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau
yang segar.
DEFISIENSI FOLAT
Defisiensi folat sering merupak komplikasi dari (1) gangguan di usus kecil;(2)
alkoholisme yang menyebabkan asupan makanan buruk;(3) efek toksik alkoholpada
sel hepar;dan (4) anemia hemolitik yang menyebabkan laju malih eritrosit
tinggi. Obat-obat yang dapat menghambat enzim dihidrofolat reduktase
(misalnya metotreksat, trimetoprim) dan yang mengadakan interaksi pada basorpsi
dan penyimpanan folat (misalnya fenitoin dan beberapa antikovulsan lain,
(kontrasepsi oral) dapat menurunkan kadar folat dalam plasma dan menimbulkan
anemia megaloblastik.
INDIKASI
Wanita hamil membutuhkan sekurang-kurangnya 500µg asam folat per hari.
Dosis yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang ada.
Umumnya folat diberikan per oral, etapi bila keadaan tidak memungkinkan,
folat diberikan secara IM dan SK. Untuk tujuan diagnostic digunakan dosis 0,1
mg per oral selama 10 hari yang hanya menimbulkan respons hematologik pada
pasien defisiensi folat. Hal ini membedakannya dengan defisiensi vitamin
B12 yang baru memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2 mg
per hari atau lebih.
OBAT LAIN
· RIBOVLAFIN
Ribovlafin (vitamin B12) dalam bentuk flavin mononukleotida (FMN) dan
flavin-adenin-dinukleotida (FAD)berfungsi sebagai koenzim dalam merabolisme
flavo-protein dalam pernapasan sel. Sehubungan dengan anemia, ternyata
riboflavin dapat memperbaiki anemia normokronik-normositik ( pure
rd-cell aplasia ). Anemia defisiensi riboflavin banyak terdapat pada
malnutrisi protein-kalori, dimana ternyata faktor defisiensi Fe dan penyakit
infeksi memegang peranan. Dosis yang digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau
IM.
· PIRIDOKSIN
Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang
pertumbuhan heme. Defisiensi piridoksin akan menimbulkan anemia mikrositik
hipokromik. Pada sebagian besar pasien akan terjadi anemia normoblastik
sideroakrestik dengan sejumlah Fe non hemoglobin yang banyak dalam precursor
eritrosit, dan pada beberapa pasien terdapat anemia megaloblastik. Pada keadaan
iniabsorpsi Fe meningkat, Fe-bending protein menjadi jenuh dan terjadi
hiperferemia, sedangkan daya regenerasi darah menurun. Akhirnya akan didaptkan
gejala hemosiderosis.
· KOBAL
Kobal dapat meningkatkan jumlah hematokrit, hemoglobin dan eritrosit pada
beberapa pasein dengan anemia refrakter, seperti yang terdapat pada pasien
talasemia,infeksi kronik atau penyakit ginjal, tetapi mekanisme yang pasti
tidak diketahui. Kobal merangsang pembentukan eritropoetin yang berguna untuk
meningkatkan ambilan Fe dalam sumsum tulang, tetapi ternyata pada pasien anemia
refrakter biasanya kadar eritropoetin sudah tinggi.
Kobal sering terdapat dalam campuran sediaan Fe,karena ternyata kobal dapat
meningkatkan absorpsi Fe melalui usus. Akan tetapi, kobal dapar menimbulkan
efek toksik berupa erupsi kulit, struma, angina, tinnitus, tuli, payah jantung
sianosis, korna, malaise, anoreksia, mual dan muntah.
B. Anti Pembekuan darah (Koagulansia)
Definisi
Pembekuan darah adalah proses alami
yang mengizinkan darah membentuk gumpalan sel darah dan fibrin untuk
menghentikan pendarahan ketika pembuluh darah sobek atau rusak. Jika tubuh
tidak memiliki kemampuan untuk membekukan darah, mereka yang memiliki luka
kecil pun akan mati kerena pendarahan.
Akan tetapi, ketika gumpalan darah (thrombus) terbentuk di pembuluh arteri dapat menghambat aliran darah menuju otot jantung atau otak sehingga memicu serangan jantung atau stroke. Atau, ketika darah terlalu lama berada di dalam bilik jantung (terjadi pada kondisi jantung tertentu), gumpalan dapat terbentuk, dan bagian dari gumpalan darah tersebut akan terpompa melalui aliran darah serta menyumbat pada salah satu organ atau arteri, memotong suplai darah dari titik ini. Penyumbatan ini disebut “embolus”.
Akan tetapi, ketika gumpalan darah (thrombus) terbentuk di pembuluh arteri dapat menghambat aliran darah menuju otot jantung atau otak sehingga memicu serangan jantung atau stroke. Atau, ketika darah terlalu lama berada di dalam bilik jantung (terjadi pada kondisi jantung tertentu), gumpalan dapat terbentuk, dan bagian dari gumpalan darah tersebut akan terpompa melalui aliran darah serta menyumbat pada salah satu organ atau arteri, memotong suplai darah dari titik ini. Penyumbatan ini disebut “embolus”.
Ada banyak
kondisi lain yang berhubungan dengan pembekuan darah, sebagai contoh:
Pembekuan
darah koroner yang melibatkan pembekuan darah pada arteri koroner menyebabkan
serangan jantung
Pembekuan
darah pada pembuluh dalam akan membuat pembekuan darah di pembuluh kaki
Pembekuan darah pada embolus paru-paru akan membuat pembekuan
darah di arteri paru-paru
Kemacetan
pada pembuluh darah retina akan membuat pembekuan darah pada pembuluh
mata
Gejala
Gejala
pembekuan darah didasarkan pada dimana bekuan darah terdapat:
• Pada paru-paru, gejalanya adalah sakit dada yang tajam, detak jantung yang cepat, batuk yang diwarnai darah,napaspendekdandemam ringan
• Pada lengan atau kaki, gejalanya adalah gangguan penglihatan, lemah, penurunan cara berbicara, pembengkakan dan sedikit warna kebiruan. Jika terdapat di pembuluh darah, akan menyebabkan pembengkakan dan lebam.
• Pada otak, gejalanya adalah gangguan penglihatan, lemah, penurunan cara berbicara, menyebabkan stroke atau kejadian ketidak cukupan suplai darah ke otak untuk sementara waktu.
• Pada paru-paru, gejalanya adalah sakit dada yang tajam, detak jantung yang cepat, batuk yang diwarnai darah,napaspendekdandemam ringan
• Pada lengan atau kaki, gejalanya adalah gangguan penglihatan, lemah, penurunan cara berbicara, pembengkakan dan sedikit warna kebiruan. Jika terdapat di pembuluh darah, akan menyebabkan pembengkakan dan lebam.
• Pada otak, gejalanya adalah gangguan penglihatan, lemah, penurunan cara berbicara, menyebabkan stroke atau kejadian ketidak cukupan suplai darah ke otak untuk sementara waktu.
Jantung,
gejalanya adalah rasa sakit pada dada karena serangan jantung. Bekuan darah
terbentuk pada jantung juga dapat terbawa menuju organ lain atau arteri tubuh.
Kondisi yang dapat menyebabkan bekuan darah yang terbentuk di dalam jantung
antara lain gangguan pada katup jantung.
Penyebab & Faktor Risiko
Penyebab
Kerusakan pada endothelial – kerusakan pada jalur pembuluh darah dan jantung dapat menentukan dimana bekuan darah terbentuk.
Kerusakan pada endothelial – kerusakan pada jalur pembuluh darah dan jantung dapat menentukan dimana bekuan darah terbentuk.
Lambatnya
aliran darah atau pergolakan aliran darah akan mempengaruhi terbentuknya bekuan
darah.
Faktor risiko
Beberapa
faktor yang dapat memperbesar risiko terjadinya pembekuan darah antara lain:
Tekanan
darah tinggi Serangan
jantung atau stroke sebelumnya
Gangguan
pada katup jantung
Kegagalan
jantung
Trauma
pada pembuluh darah, sebagai contoh akibat kecelakaan, operasi atau terbakar
SOLUSI PENGOBATAN UNTUK MASALAH
BLOODCLOTS/PEMBEKUAN DARAH :
Mengaktifkan molekul air di dalam tubuh, mengencerkan
darah, menambah kadar oksigen dalam darah : Darah yang kental
mengakibatkan haemoglobin darah sulit mengikat oksigen soluble (bentuk oksigen
yang terlarut didalam darah), darah yang kental mengakibatkan sirkulasi darah
menjadi lambat, sehingga distribusi oksigen, nutrisi dan air ke seluruh sel-sel
tubuh menjadi lambat, disamping itu akan memperberat kinerja jantung dalam
memompa darah. Sebaliknya darah yang relatif encer, haemoglobin darah lebih
mudah mengikat oksigen soluble didalam darah, sirkulasi darah lebih lancar dan
distribusi nutrisi, oksigen dan air lebih cepat serta meringankan kinerja
jantung.
C. Anti Pendarahan
Definisi
Obat anti perdarahan
disebut juga hemostatik.Hemostatis merupakan proses penghentian
perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat
haemostatik(Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk
menghentikan pendarahan.
Obat
haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang
luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai dengan
patogenesis perdarahan.
Dalam
proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi),
trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah
Secara garis besar
proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu :
1. aktivasi tromboplastin
2. pembentukan trombin dari protrombin
3. pembentukan fibrin dari fibrinogen
Dalam proses ini
diperlukan faktor-faktor pembekuan darah yang hingga kini dikenal 15 faktor
pembekuan darah (faktor IV-Ca++ , faktor VIII-anti hemofilik,
faktor IX-tromboplastin plasma.)
Obat hemostatik sendiri
terbagi dua yaitu :
1. Obat hemostatik lokal
2. Obat hemostatik sistemik.
Hemostatik Lokal
1. Hemostatik serap
Mekanisme kerja :
Menghentikan perdarahan
dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala
serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah . Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah.
serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah . Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah.
Indikasi :
Hemostatik
golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari
pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk
menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra
vaskularnya cukup besar.
pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk
menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra
vaskularnya cukup besar.
Contoh obat :
v Spon gelatin, oksisel (
selulosa oksida )
Spon
gelatin, dan oksisel dapat digunakan
sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini
menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaan kain kasa .
sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini
menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaan kain kasa .
Untuk
absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6
jam.
jam.
Selulosa
oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat
mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada
patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi,
selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka
panjang.
mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada
patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi,
selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka
panjang.
\
Astringen
Mekanisme kerja :
Zat
ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah
sehingga perdarahan dapat dihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic.
sehingga perdarahan dapat dihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic.
Indikasi
:
Kelompok
ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang efektif
bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.
bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.
Contoh
Obat :
Antara
lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat.
Koagulan
Mekanisme
kerja :
Obat
kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis dengan 2
cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin
dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin
dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Contoh
Obat :
Russell’s
viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat
digunakan umpamanya untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien
hemofilia. Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1
% dan ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi, zat ini
tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal.
Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan
bahaya emboli.
digunakan umpamanya untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien
hemofilia. Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1
% dan ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi, zat ini
tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal.
Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan
bahaya emboli.
4. Vasokonstriktor
Mekanisme Kerja :
Epinefrin dan norepinefrin berefek
vasokontriksi , dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu
permukaan.
Cara
pemakaian :
Penggunaanya
ialah dengan mengoleskan kapas yang
telah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang
berdarah.
telah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang
berdarah.
hemostatik sistemik
Dengan
memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan
dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua
faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang
dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua
faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang
disebabkan
defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi
dengan mengganti/ memberikan faktor pembekuan yang kurang.
dengan mengganti/ memberikan faktor pembekuan yang kurang.
Faktor
anti hemoflik (faktor VIII) dan cryoprecipitated anti Hemophilic Factor
Indikasi
Kedua
zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada penderita
hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya herediter dan pada penderita yang darahnya
mengandung inhibitor factor VII
kompleks
Faktor X
Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II,
VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma lain dan digunakan untuk
pengobatan hemofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya
hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia.
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya
hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia.
Efek samping
trombosis,demam, menggigil, sakit
kepala, flushing, dan reaksi hipersensivitas berat (shok anafilaksis).
V itamin K
Mekanisme kerja :
Pada orang normal
vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi pada penderita defisiensi
vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor
pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai hemostatik, vitamin K
memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang
pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu.
Indikasi :
Digunakan untuk mencegah
atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K.
Efek samping :
Pemberian filokuinon
secara intravena yang terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada muka,
berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang
menyababkan kematian.
Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA)
Mekanisme Kerja :
Menghambat peningkatan
permeabilizas kapiler
Meningkatkan resistensi
kapiler
Indikasi
Pendarahan disebabkan menurunnya
resistensi kapiler dan meningkatnya permeabilizas kapiler
Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunan
resistensi kapiler
Pendarahan
otak
Sediaan : Tablet 10 mg/ Forte 30
mg
Injeksi 2 ml/10 mg dan 5
ml/25 mg
D. Obat syok
Definisi
Syok
dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya
perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan
akan kekurangan oksigen dan bisa cedera.
Penyebab Syok
Tiga
faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah normal:
a. Pompa jantung. Jantung
harus berkontraksi secara efisien.
b. Volume sirkulasi darah.
Darah akan dipompa oleh jantung ke dalam arteri dan kapiler-kapiler jaringan.
Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh jaringan, sistem vena akan
mengumpulkan darah dari jaringan dan mengalirkan kembali ke jantung. Apabila
volume sirkulasi berkurang maka dapat terjadi syok.
c. Tahanan pembuluh darah
perifer. Yang dimaksud adalah pembuluh darah kecil, yaitu arteriole-arteriole
dan kapiler-kapiler. Bila tahanan pembuluh darah perifer meningkat, artinya
terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kecil. Bila tahanan pembuluh darah
perifer rendah, berarti terjadi vasodilatasi. Rendahnya tahanan pembuluh darah
perifer dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah akan berkumpul pada
pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran darah balik ke jantung
menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun.
Penanggulangan Syok
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang
bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok.
Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Segera berikan pertolongan pertama sesuai
dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus
bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing)
harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian
oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada
syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik,
dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila
perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat
vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer.
E. Anti Hipertensi
A. Definisi
a. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg (WHO).
b. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan
diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes)
c. Tekanan Darah (TD)
didistribusikan terus menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi
(Davey)
d. Obat antihipertensi adalah
obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai
tekanan darah normal.
e. Semua obat antihipertensi
bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi
dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
.
Pengobatan Farmakologis
1. Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan
air.
2. Antagonis Reseptor- Beta
Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk
menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
3. Antagonis
Reseptor-Alfa
Menghambat reseptor alfa diotot polos
vaskuler yang secara normal berespon terhadap rangsangan simpatis dengan
vasokonstriksi.
4. Kalsium Antagonis
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan
atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk
kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
5. ACE inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal
ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi
perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan
meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan
curah jantung menurun.
E. Klasifikasi OAH
(obat anti hipertensi) didasarkan pada tempat regulasi utama atau titik tangkap
kerjanya
1. DIURETIK
1. Furosemide
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic,
impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul,
injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif
NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of henle.
Indikasi : Edema paru akut, edema yang
disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom,
hipertensi.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot,
hipotensi, mual, diare.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek
diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid.
Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat
bila diberikan bersamaan.
Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
2. HCT (Hydrochlorothiaside)
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan)
simpanan natrium sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler
perifer menurun.
Farmakokinetik
: diabsorbsi
dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan
hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi
udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.
Kontraindikasi : hypokalemia,
hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan.
Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam
2. ANTAGONIS RESEPTOR BETA
1. Asebutol (Beta bloker)
Nama
Paten : sacral,
corbutol,sectrazide.
Sediaan obat : tablet, kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek
isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik
perifer.
Indikasi : hipertensi, angina
pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif hipertropi,
tirotoksitosis.
Kontraindikasi
: gagal
jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
Efek
samping : mual,
kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan
hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar
trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV
dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
Atenolol (Beta bloker)
Nama
paten : Betablok,
Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai
vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan
sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
Indikasi
: hipertensi
ringan – sedang, aritmia
Kontraindikasi
: gangguan
konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria,
asma, diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan
kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia
diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar
trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid
ergot.
Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr
3. ANTAGONIS RESEPTOR
ALFA
Klonidin (alfa antagonis)
Nama paten : Catapres, dixarit
Sediaan obat : Tablet, injeksi.
Mekanisme kerja : menghambat perangsangan
saraf adrenergic di SSP.
Indikasi : hipertensi, migren
Kontraindikasi : wanita hamil, penderita
yang tidak patuh.
Efek samping : mulut kering, pusing mual,
muntah, konstipasi.
Interaksi obat : meningkatkan efek
antihistamin, andidepresan, antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan efek
antihipertensinya.
Dosis : 150 – 300 mg/hr.
4. ANTAGONIS KALSIUM
1. Diltiazem (kalsium antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser,
Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan,
pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI,
penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui,
gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing,
lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut
jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap konduksi jantung
dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin
meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30
mg/hr sebelum makan
2. Nifedipin (antagonis
kalsium)
Nama
paten : Adalat,
Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
Sediaan
obat : Tablet,
kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi
vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.
Indikasi : hipertensi, angina yang
disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis
berat, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia,
hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta
bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan
digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama
antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.
Dosis : 3 x 10 mg/hr
G. Anti Hipotensi
Definisi hipotensi
Tekanan darah rendah atau hipotensi terjadi bila tekanan darah
lebih rendah dari biasanya, yang berarti jantung, otak dan bagian tubuh lain
tidak mendapatkan cukup darah.
Biasanya, seseorang disebut
menderita hipotensi bila tekanan darahnya di bawah 90/60 mmHg . Namun hal itu
tidak berlaku bagi setiap orang. Ada orang yang tekanan darah normalnya selalu
rendah dan tidak merasakan gangguan. Sementara, ada orang yang bertekanan darah
di atas angka tersebut dan mengalami masalah hipotensi. Faktor yang paling
penting adalah adanya perubahan tekanan darah dari kondisi normal. Tekanan
darah normal manusia berada pada kisaran 90/60 sampai 130/80 mm Hg, namun
penurunan yang signifikan, bahkan hanya 20 mm Hg, dapat menyebabkan masalah
bagi sebagian orang.
Jenis-Jenis Hipotensi
Ada tiga jenis utama hipotensi:
Hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik
disebabkan oleh perubahan tiba-tiba posisi tubuh, biasanya ketika beralih dari
berbaring ke berdiri, dan biasanya hanya berlangsung beberapa detik atau menit.
Hipotensi jenis ini juga dapat terjadi setelah makan dan sering diderita oleh
orang tua, orang dengan tekanan darah tinggi dan orang dengan penyakit
Parkinson.
Hipotensi Dimediasi Neural (NMH dalam singkatan
bahasa Inggris). NMH paling sering mempengaruhi orang dewasa muda dan anak-anak
dan terjadi ketika seseorang telah berdiri untuk waktu yang lama.
Hipotensi akut akibat kehilangan darah
tiba-tiba (syok)
Gejala Hipotensi
Gejala tekanan darah rendah
antara lain:
Penglihatan kabur
Kebingungan
Pingsan
Pusing
Kantuk
Lemas
Penyebab hipotensi
Penyebab hipotensi
bervariasi antara lain karena:
·
Dehidrasi.
·
Efek
samping obat seperti alkohol, anxiolytic, beberapa antidepresan,
diuretik, obat-obatan untuk tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner,
analgesik.
·
Masalah
jantung seperti perubahan irama jantung (aritmia), serangan jantung, gagal
jantung.
·
Kejutan
emosional, misalnya syok yang disebabkan oleh infeksi yang parah, stroke, anafilaksis
(reaksi alergi yang mengancam nyawa dan trauma hebat.
·
Perdarahan,
dll. Anda sangat disarankan berkonsultasi dengan dokter atau spesialis
jika sering pingsan atau hipotensi mengganggu kualitas hidup Anda.
·
Diabetes
tingkat lanjut
Pengobatan
Hipotensi pada orang sehat yang tidak
menimbulkan masalah biasanya tidak memerlukan perawatan.
Jika Anda memiliki
tanda-tanda atau gejala tekanan darah rendah, Anda mungkin memerlukan
pengobatan, yang tergantung pada penyebabnya.
Jika hipotensi ortostatik
disebabkan oleh obat-obatan, dokter Anda dapat mengubah dosis atau memberikan
obat yang berbeda. Jangan berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter. Pengobatan lain untuk hipotensi ortostatik termasuk penambahan cairan
untuk mengobati dehidrasi atau memakai selang elastis untuk meningkatkan
tekanan darah di bagian bawah tubuh.
Mereka yang menderita
hipotensi jenis NMH harus menghindari pemicu, seperti berdiri untuk waktu yang
lama. Pengobatan lain melibatkan banyak minum cairan dan meningkatkan jumlah
garam dalam makanan. (Pengobatan ini harus atas rekomendasi dokter karena
terlalu banyak garam juga dapat berbahaya bagi kesehatan).
Hipotensi akut yang
disebabkan oleh syok adalah kedaruratan medis. Anda mungkin akan diberi
transfusi darah intravena, obat-obatan untuk meningkatkan tekanan darah dan
kekuatan jantung, serta obat lainnya seperti antibiotik.
v Beberapa Tips bagi Penderita
Hipotensi
·
Banyak
wanita penderita hipotensi yang memiliki tingkat zat besi sangat rendah karena
menstruasi yang sangat banyak. Mintalah nasihat spesialis bila membutuhkan
suplemen penambah darah.
·
Terjatuh
sangat berbahaya bagi orang tua karena dapat membuat cedera patah tulang
dan komplikasi lainnya. Selalu dampingi orang tua Anda yang menderita hipotensi
berat.
·
Bila
Anda merasakan gejala penurunan tekanan darah, Anda harus segera duduk atau
berbaring dan mengangkat kaki Anda di atas ketinggian jantung.
· Jika tekanan darah rendah
menyebabkan seseorang pingsan, segeralah cari perawatan medis. Jika orang
tersebut tidak bernafas, segeralah lakukan pertolongan bantuan pernafasan.
G. Anti Migraine
Migren
adalah nyeri kepala vaskular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72
jam. Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas
nyerinya sedang sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai
dengan mual dan atau muntah, mata terasa silau, terjadi perubahan dalam
penglihatan, termasuk penglihatan kabur atau timbul titik buta dimana anda tidak dapat melihat pada satu titik tertentu.
Menjadi
terganggu dengan cahaya (pencahayaan), kebisingan atau bau. Migren
diklasifikasikan menjadi; migren dengan aura, migren tanpa aura, migren
oftalmoplegik, migren retinal, migren yang berhubungan dengan gangguan
intracranial, migren dengan komplikasi, dan gangguan seperti migren yang tidak
terklasifikasikan.Namun yang sering terjadi di masyarakat adalah migraine tanpa
aura.
Migrain
ini dapat terjadi pada beberapa usia, juga dapat terjadi pada wanita maupun
laki-laki. Namun menurut penelitian, migrain ini lebih banyak terjadi pada
wanita dibandingkan laki-laki. Migren dapat terjadi pada semua usia, tetapi
biasanya muncul antara usia 10-40 tahun dan angka kejadiannya menurun
setelahusia 50 tahun.
Migrain
ini dapat terjadi karena perubahan hormon (estrogen dan progesteron) pada
wanita, khususnya pada fase luteal siklus menstruasi, faktor makanan (anggur
merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (keju, coklat), serta zat tambahan pada
makanan., faktor fisik seperti lahraga berat,kelelahan, stress,alcohol,merokok
dan rangsang sensorik seperti (seperti cahaya yang silau, bau menyengat).
dua
golongan obat analgetik yang umum digunakan dalam pengobatan migraine yaitu
Acetaminophen (Paracetamol) dan NSAID atau Non-Steroidal Anti-Inflammatory
Drugs. Obat NSAID dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu aspirin dan non-aspirin.
Yang termasuk ke dalam golongan NSAID non-aspirin antara lain ibuprofen dan
naproxen. Beberapa jenis dari obat NSAID ini dapat diperoleh dengan menggunakan
resep dokter. Jika dengan pengobatan ini tidak juga mereda maka dokter akan
meresepkan obat golongan lainnya, yergantung dari jenis migrainnya. Oleh karena
itu untuk para penderita migraine sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dalam
pengobatannya, karena efek dan dosis masing-masing obat berbeda-beda.
ada
prinsipnya yang terpenting dalam pencegahan migraine adalah dengan mengubah
pola hidup yang berisiko mencetuskan migraine Hal ini termasuk menghentikan
kebiasaan merokok, menghindari makanan yang banyak mengandung tiramin (bahan
kimia yang terdapat dalam keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapat mencetuskan
terjadinya migren. Penyedap masakan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit
kepala, kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar debar jika dikonsumsi
dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong.
Fenomena
ini biasa disebut Chinese restaurant syndrome. Aspartam atau pemanis buatan
yang banyak dijumpai pada minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi
pencetus migren bila dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu sebaiknya hindari jenis makanan tersebut. Selain itu juga perlu
menghindari makanan yang mengandung nitrat tinggi seperti kacang kacangan, juga
kafein dalam jumlah banyak. Kafein terkandung dalam banyak produk makanan
seperti minuman ringan, teh, cokelat, dan kopi.
Selain
menghindari makanan pencetus migraine kita juga harus menjaga pola hidup yang
sehat, dengan makan- makanan bergizi,banyak minum air putih, jangan menunda
makan dan hindari puasa yang lama dan olah raga teratur. Olah raga dapat
memperbaiki kualitas tidur dan menurunkan frekuensi migren. Lakukan peningkatan
olah raga secara bertahap. Olah raga yang terlalu keras sehingga tubuh
kelelahan justru akan memicu terjadinya sakit kepala migren. Kurangi stress
dengan teknik relaksasi.
G. Deuritika
Ø Definisi
Diuretika adalah zat yang dapat memperbanyak
pengeluaran kemih/kencing (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal.Golongan
diuretika untuk pengobatan hipertensi merupakan pilihan utama untuk
pengelolaan tekanan darah tinggi.
Diuretik bekerja dengan
meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga menurunakn volume
darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan
tekanan darah. Beberapa diuretik juga bekerja dengan mennurunkan resistensi
perifer sehingga memperkuat efek hipotensinya.
Diuretika merupakan zat-zat
yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja
langsung terhadap ginjal. Obat-obat lain yang menstimulasi diuresis dengan
mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini
seperti zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin),
memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon
antidiuretik ADH (air, alkohol).
PROSES
DIURESIS
Dimulai dengan mengalirnya
darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar
ginjal (cortex), yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat
dilintasi air, garam-garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari
penyaringan dan berisi banyak air serta elektrolit akan ditampung dalam wadah
(kapsul Bowman) dan disalurkan ke pipa kecil. Disini terjadi penarikan kembali
secara aktif air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh (glukosa, ion-Na+ dll).
Zat ini dikembalikan ke darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sedang
”ampas” yang tersisa dirombak melalui metabolisme protein (ureum) untuk
sebagian diserap kembali. Akhirnnya, filtrat dari semua tubuli ditampung di
ductus colligens (penampung) yang disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun
sebagai urin.
Ultrafiltrat yang
dihasilkan perhari sekitar 180 liter (dewasa) yang dipekatkan sampai hanya
tersisa lebih kurang 1 liter air kemih. Sisanya, lebih dari 99% direabsorpsi
dan dikembalikan pada darah. Dengan demikian, suatu obat yang cuma sedikit
mengurangi reabsorpsi tubulerm misalnya dengan 1%, mampu melipatgandakan volume
kemih (menjadi ca 2,6 liter).
MEKANISME KERJA DIURETIKA
Kebanyakan bekerja dengan
mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air
diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat
lain, yakni:
1. Tubuli proksimal.
Ultrafiltrat mengandung
sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif untuk70%, antara
lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena
reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah
dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal
dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.
2. Lengkungan Henle.
Di bagian menaiknya ca 25%
dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara
aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+dan K+,
tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan
bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl-begitupula
reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+ diperbanyak.
3. Tubuli distal.
Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi
secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair dan lebih hipotonis.
Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak
eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian
keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau
NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini
dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+.
4. Saluran Pengumpul.
Hormon antidiuretik (ADH) dan
hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari
sel-sel saluran ini.
Ø PENGGOLONGAN DIURETIKA
1. Diuretika Lengkungan.
Obat-obat ini berkhasiat
kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan akut,
misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu
bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida yang
merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme
kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop
Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport
Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat
paten: frusemide, lasix, impugan.
2. Derivat Thiazida.
Efeknya lebih lemah dan
lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi
dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal
dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah.
Contoh obatnya adalah hidroklorthiazida adalah senyawa
sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja
pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika
lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan
pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya lebih
kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15
jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid,
Moduretik, Dytenzide.
3. Diuretika Penghemat Kalium.
Efek obat-obat ini lemah
dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat
kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat
secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton yang
merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah.
Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap hari setelah
pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga dikombinasikan
dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal
jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%.
Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat
ini diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui
kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang
yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan
mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada
wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal.
4. Diuretika Osomosis.
Obat-obat ini direabsorpsi
sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya al diuresis
osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Conto obatnya adalah
Mannitol dan Sorbitol.Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat
dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat an
dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada tubuli,
sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik. Terutama
digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma.
Contoh obat patennya adalah Manitol.
5. Perintang Karbonanhidrase.
Zat ini merintangi enzim
karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K
diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya lemah,
setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara
berselang-seling.Asetozolamid diturunkan r sulfanilamid. Efek
diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis
reaksi berikut:
CO2 + H2O
H2CO3 H+ + HCO3+
Akibat pengambatan itu di
tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+ lagi untuk
ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat,
dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi, bat ‘penyakit ketinggian’.
Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu
paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh.
Obat patennya adalah Miamox.
Ø Penggunaan Diuretika,
Digunakan pada semua
keadaan di mana dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada
hipertensi dan gagal jantung.
1. Hipertensi
Guna mengurangi darah
seluruhnya hingga tekanan darah (tensi) menurun. Derivat thiazida digunakan
untuk indikasi ini. Diuretika lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih
ringan efek antihipertensifnya. Mekanisme kerjanya berdasarkan penurunan
daya-tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi
adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretis. Thiazida memperkuat efek
obat-obat hipertensi beta blocker dan ACE inhibitor, sehingga sering
dikombinasikan dengannya
2. Gagal jantung
(decompensatio cordis)
Cirinya adalah peredaran
tak sempurna dan terdapat cairan berlebihan di jaringan, sehingga air tertimbun
dan terjadi udema, misalnnya pada paru-paru. Begitu pula pada sindro nefrotis
yang bercirikan udema tersebar akibat proteinuria hebat karena permeabilitas
dipertinggi dari membran glomeruli. Pada busung perut dengan air tertumpuk di
rongga perut akibat cirrosis hati. Untuk indikasi ini terutama digunakan
diuretika lengkungan, dalam keadaan parah akut secara intravena. Thiazida dapat
memperbaiki efeknya pada pasien dengan insufiensi ginjal. Thiazid juga
digunakan dalam situasi di mana diuresis pesat bisa mengakibatkan kesulitan,
seperti pada hipermetrofi prostat.
Ø Efek Samping
1. Hipokaliemia,
Yaitu kekurangan kalium
dalam darah. Semua diuretika dengan tempat kerja di bagian muka tubuli distal
memperbesar ekskresi ion K+dan H+ karena ditukarkan
dengan ion Na+. Akibatnya adalah kadar kalum plasma dapat turun di
bawah 3,5 mml/liter. Keadaan ini terutama terjadi pada penanganan gagal jantung
dengan dosis tinggi furosemida atau bumetamida, mungkin bersama thiazida.
Gejalanya berupa kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia,
kadang-kadang aritmia jantung. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang
diobati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan
kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin.
2. Hiperurikemi
Akibat retensi asam urat
dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amirolida. Diduga disebabkan oleh
adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai tranpornya di
tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tinggi untuk retensi asam
urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3. Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama
pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi
insulin ditekan. Terutama thiazida dan efek antidiabetika oral diperlemah
olehnya.
4. Hiperlipidemia
Ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar
kolesterol total dan trigliserida. Pengecualian adalah indapamida yang praktis
tdk meningkatnya kadar lipid tersebut.
5. Hiponatriema.
Akibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat
oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun keras dengan akibat
hiponatriema. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus letargi, dan kolaps.
1. Golongan tiazid
Golongan ini bekerja dengan
menghambat simporter Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga meningkatkan
eksresi Na+ dan Cl-. Prototipe golongan
ini adalah hidroklorotiazid (HCT). Selain itu juga terdapat bendroflumetazid,
indapamid dll dengan waktu paruh yang berbeda-beda. HCT sendiri memiliki waktu
paruh 10-12 jam. Sampai saat ini tiazid merupakan obat utama dalam terapi hipertensi.
Umumnya efek hipotensi tiazid baru terlihat setelah 2-3 hari dan mencapai
maksimum setelah 2-4 minggu. Efek samping dari tiazid antara lain hipokalemia,
hiponatremia, hipomagnesemia, hiperkalsemia dan hiperurisemia. Tiazid juga
dapat menyebabkan hiperlipidemia, hiperglikemia dan kurang efektif pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal.
2. Diuretik kuat/loop diuretic
Diuretik kuat bekerja di
ansa Henle pars asendens dengan menghambat kotransporter Na+, K+,
Cl- dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Diuretik kuat
digunakan sebagai antihipertensi terutama pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal (kreatinin serum >2.5 mg/dL) atau gagal jantung. Termasuk dalam
golongan diuretik kuat adalah furosemid, bumetanid, torasemid dan asam etakrinat.
Efek sampingnya antara lain hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia dan
hiperkalsiuria.
3. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium
digunakan terutama dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah
hipokalemia. Termasuk dalam golongan ini adalah amilorid, triamteren, dan
spironolakton (antagonis aldosteron). Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan
hiperkalemia bila diberikan pada pasien dengan gagal ginjal atau bila
dikombinasi dengan ACE-inhibitor, ARB, β-blocker, AINS atau suplemen kalium
v Penghambat adrenoreseptor
beta (β-blocker)
β-blocker bekerja dengan
menghambat reseptor β1 sehingga menumbulkan penurunan frekuensi denyut
jantung dan kontraktilitas miokard, menghambat sekresi renin, mempengaruhi
aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan
aktivitas neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosintesis prostasiklin
(vasodilator). Efek penurunan tekanan darah dapat terlihat dalam 24 jam sampai
1 minggu setelah terapi dimulai. Dari berbagai β-blocker, atenolol merupakan
obat yang sering dipilih (bersifat kardioselektif). Selain itu terdapat juga
labetolol, karvedilol dll yang umumnya nonselektif. Β-blocker
dikontraindikasikan pada penderita asma bronkial, bradikardia, blokade AV derajat
2 dan 3, sick sinus syndrome dan gagal jantung belum stabil.
Efek samping β-blocker antara lain bronkopasme, gangguan sirkulasi perifer,
depresi, mimpi buruk, halusinasi dan gangguan fungsi seksual.
v ACE-inhibitor
ACE-inbitor merupakan obat
yang bekerja dengan menghambat enzim angiotensin converting enzyme (ACE)
yang dalam keadaan normal bertugas mengaktifkan angiotensin 1 menjadi
angiotensin 2 yang berperan dalam sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, di mana
aldosteron berfungsi mengkonservasi air dalam tubuh. Selain itu ACE-inhibitor
juga menghambat degradasi bradikinin, sehingga bradikinin dapat bekerja
meningkatkan sintesis EDRF/NO dan prostasiklin yang merupakan vasodilator.
ACE-inhibitor juga diduga menghambat pembentukan angiotensin II secara lokal di
endotel pembuluh darah.
Secara umum ACE-inhibitor
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 1) yang bekerja langsung, contohnya
kaptopril dan lisinopril Dan 2) prodrug, contohnya enalapril,
kuinapril dan perindopril. ACE-inhibitor efektif untuk hipertensi ringan
hingga berat, hipertensi dengan gagal jantung kongestif, hipertensi pada
diabetes, dislipidemia, obesitas, hipertensi dengan penyakit jantung koroner,
hipertrofik ventrikel kiri dll. Untuk memperkuat efeknya ACE-inhibitor sering
dikombinasikan dengan diuretik, β-blocker atau vasodilator. ACE-inhibitor
dikontraindikasikan pada stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada
ginjal tunggal serta pada ibu hamil. Efek samping yang ditimbulkan antara lain
hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, rash kulit, edema angioneurotik, gagal
ginjal akut, dan proteinuria.
v Penghambat reseptor
angiotensin (angiotensin receptor blocker/ARB)
ARB bekerja dengan
menghambat efek angiotensin II pada reseptor AT1 (yang terutama terdapat di
otot polos pembuluh darah dan otot jantung, selain itu terdapat juga di ginjal,
otak, dan kelenjar adrenal). Efek yang dihambat meliputi: vasokonstriksi, sekresi
aldosteron, rangsangan saraf simpatis, sekresi vasopresin, rangsangan haus,
stimulasi jantung, serta efek jangka panjang berupa hipertrofik otot polos
pembuluh darah dan miokard. Efek yang ditimbulkan ARB mirip dengan efek yang
ditimbulkan ACE-inhibitor, namun ARB tidak memiliki efek samping batuk kering
dan angioedema. Losartan merupakan prototip dari golongan ARB, selain itu ada
juga valsartan, irbesartan, dll. Efek samping yang ditimbulkan antara lain
hipotensi dan hiperkalemia. Obat ini dikontraindikasikan pada ibu hamil dan
menyusui serta pada pasien dengan stenosis arteri renalis bilateral atau
unilateral pada ginjal tunggal.
v Antagonis kalsium/calcium
channel blocker
Antagonis kalsium
menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard,
menimbulkan efek relaksasi arteriol dan penurunan resistensi perifer. Berbagai
antagonis kalsium antara lain nifedipin, verapamil, diltiazem, amlodipin,
nikardipin, isradipin, dan felodipin. Golongan dihidropiridin (seperti
nifedipin, nikardipin, dll) bersifat vaskuloselektif , menurunkan resistensi
perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti (efek pada nodus SA dan AV
minimal). Nifedipin oral sangat bermanfaat untuk mengatasi hipertensi darurat
(dosis 10mg akan menurunkan tekanan darah dalam waktu 10 menit), namun tidak
dianjurkan untuk hiperensi dengan penyakit jantung koroner. Efek samping
antagonis kalsium antara lain iskemia miokard, hipotensi, edema perifer,
bradiaritmia, dll.
v Penghambat saraf adrenergic
Penghambat saraf adrenergik
meliputi reserpin, guanetidin dan guanadrel. Reserpin bekerja dengan menghambat uptake dan
memecah katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) di ujung vesikel. Efek yang
ditimbulkan adalah penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Efek samping
reserpin antara lain depresi mental, penurunan ambang kejang, bradikardia,
hipotensi ortostatik, dan hiperasiditas lambung yang dapat mengeksaserbasi
ulkus lambung dll. Sedangkan guanetidin dan guanadrel bekerja dengan menggeser
norepinefrin dari vesikel dan mendegradasinya, sehingga menurunkan tekanan
darah melalui penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Efek samping
guanetidin antara lain hipotensi ortostatik dan diare.
v Penghambat adrenoreseptor
alpha (α-blocker)
Hambatan reseptor α1 menyebabkan
vasodilatasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi
perifer. Termasuk ke dalam golongan ini adalah prazosin, terazosin,
bunazosin, dan doksazosin. α-blocker memiliki keunggulan yaitu efek positif
terhadap lipid darah dan mengurangi resistensi perifer. Efek samping yang
ditimbulkan antara lain hipotensi ortostatik, sakit kepala, palpitasi, edema
perifer, mual dll.
v Adrenolitik sentral
(metildopa dan klonidin)
Metildopa merupakan prodrug dalam
susunan saraf pusat yang menggantikan kedudukan dopa dalam sintesis katekolamin
dengan hasil akhir α-metilnorepinefrin. Efek yang ditimbulkan antara lain
mengurangi sinyal simpatis ke perifer sehingga menurunkan resistensi vaskular
tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Obat ini efektif bila
dikombinasikan dengan diuretik, dan merupakan pilihan utama untuk pengobatan
hipertensi pada ibu hamil karena terbukti aman bagi janin. Efek samping yang
sering adalah sedasi, hipotensi postural, pusing, mulut kering, sakit kepala,
depresi, dll.
Klonidin bekerja pada
reseptor α-2 di susunan saraf pusat dengan efek penurunan simpathetic
outflow dan menurunkan resistensi perifer dan curah jantung. Obat ini
digunakan sebagai obat kedua atau ketiga jika penurunan tekanan darah dengan
diuretik belum optimal. Efek samping yang sering timbul antara lain mulut
kering, sedasi, dll.
v Vasodilator (hidralazin,
minoksidil, diazoksid)
Hidralazin bekerja langsung
merelaksasi otot polos arteriol melalui mekanisme yang belum diketahui. Obat
ini biasanya digunakan sebagai obat kedua atau ketiga setelah diuretik dan
β-blocker. Efek samping yang timbul antara lain sakit kepala, mual, hipotensi,
takikardia, dll. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien penyakit jantung
koroner dan tidak dianjurkan pada pasien usia di atas 40 tahun.
Minoksidil bekerja dengan
membuka kanal kalium ATP-dependent dengan akibat terjadinya efluks kalium dan
hiperpolarisasi membran yang diikuti oleh relaksasi otot polos pembuluh darah
dan vasodilatasi. Efek samping yang timbul antara lain retensi cairan dan
garam, refleks simpatis, hipertrikosis, hiperglikemia dll. Minoksidil harus
diberikan bersama dengan diuretik dan penghambat adrenergik (biasanya
β-blocker) untuk mencegah retensi cairan dan mengontrol refleks simpatis.
Diazoksid merupakan derivat
benzotiazid namun tidak memiliki efek diuresis. Obat ini bekerja dengan
mekanisme mirip minoksidil. Diazoksid diberikan untuk mengatasi hipertensi
darurat, hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, dan hipertensi berat pada
glomerulus akut dan kronik. Efek samping yang ditimbulkan atntara lain retensi
cairan dan hiperglikemia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat kardiovaskuler merupakan kelompok
obat yang mempengaruhi dan memperbaiki
system cardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) secara langsung atau tidak
langsung.Jantung merupakan organ vital yang bberfungsi sebagai alat peredaran
darah dimana jantung sangat harus dijaga sebab jika jantung tidak dijaga akan
berefek terhadap kematian.Pembagian obat jantung didasarkan 8 golongan yaitu ,
antianemia , anti koagulan , anti pendarahan , obat syok ,anti hipertensi ,
anti hipotensi , anti migraine , dan anti diuretic.
3..2 .Kritik dan Saran
Selesainya
makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan pembahasannya
dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran dan
pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempurnaan makalah ini
kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat
membangun kepada semua pembaca.
Sebaiknya gunakanlah obat
sesuai anjuran dokter, dan pergunakan lah obat tersebut sesuai dengan penyakit
yang diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi batasnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Deglin, Vallerand, 2005,
Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
2. Tambayong, Jan, 2001,
Farmakologi Untuk Keperawatan, Jakarta, Widya Medika
3. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/obat-kardiovaskuler.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar