Kamis, 08 Desember 2016

obat pada hewan

Obat yang bekerja pada sistem cardiovaskular
                                                                                                          
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHLI5d4ju-nUCT6oPtlIIq3tIWKMnIeePsT6wg6rXOYcKz3k8VMjT8TffvIGYLIut0W8xW5kij7Qx3MM63DcLmeJDbUWP50QabBbgfl7IyRDrSvxYOaNLjgwI0qtK-xiArCJ2o8Q24sJk/s200/logo-unsyiah.jpg
                                                                                                          
                                                                                                          
                                                                                                              Di susun oleh
                                                                                      Annisa Asri
                                                                                     140201010060
                                                                                    

Fakultas Kedokteran Hewan
Banda Aceh
Tahun Ajaran 2015/2016





Kata Pengantar
  
        Puji syukur kepada Allah SWT  atas  rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “obat-obat yang mempengaruhi system cardiovascular”.Pembuatan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui efek yang ditimbulkan oleh obat terhadap system cardiovascular.Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yaitu drh.Abdul Haris,MP selaku staf pengajar Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh berserta teman-teman seperjuangan. Penulis berharap dengan pembuatan makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan  bagi para pembaca yang budiman.Jika terdapat kesalahan   dalam pembuatan makalah ini penulis mohon maaf , penulis juga menerima saran dan kritik .






                                                                                                                                       Banda Aceh , 20 April  2016

                                                                                                                                Penulis










Daftar isi
Kata pengantar.................................................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................................................ 3
Bab I.................................................................................................................................................................. 4
1.1. Latar belakang.......................................................................................................................................... 4
1.2. Tujuan Pembuatan Makalah...................................................................................................................... 4
1.3. Rumusan Masalah..................................................................................................................................... 4
Bab II................................................................................................................................................................. 5
    2.1. Pengertian Obat Kardiovaskuler................................................................................................................ 5
    2.2. Pembagian Obat Kardivaskuler.................................................................................................................. 5
    2.3. Pengertian dan pembagian obat Kardiovaskuler........................................................................................ 5
 Bab III............................................................................................................................................................... 26
    3.1. Kesimpulan.............................................................................................................................................. 26
    3.2. Kritik dan Saran......................................................................................................................................... 26
Daftar Pustaka................................................................................................................................................... 27

















Bab I
Pendahuluan

1.1  Latar belakang
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
Obat yang ada saat ini masih jauh dari ideal. Tidak ada obat yang memenuhi semua kriteria obat ideal, tidak ada obat yang aman, semua obat menimbulkan efek samping, respon terhadap obat sulit diprediksi dan mungkin berubah sesuai dengan hasil interaksi obat, dan banyak obat yang mahal, tidak stabil, dan sulit diberikan. Karena banyak obat tidak ideal, semua anggota tim kesehatan harus berlatih “care” untuk meningkatkan efek terapeutik dan meminimalkan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan obat.
Sebagai salah satu dari tim medis perawat seyogyanya telah paham betul akan pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat maksimal dengan tujuan minimal. Dan berikut ini adalah peran perawat dalam pengobatan :
·          Mengkaji kondisi pasien
·          Sebagai pemberi layanan askep, dalam pemberian obat.
·          Mengobservasi kerja obat dan efek samping obat.
·          Memberikan pendidikan kesehatan tentang indikasi obat dan cara penggunaannya.
·          Sebagai advokat atau melindungi klien dari pengobatan yang tidak tepat.

      1.2.TUJUAN PENULISAN
             Menyelesaikan tugas Farmakologi
                    Mengetahui pengertian tentang obat jantung/kardiovaskuler
            Mengetahui penggolongan obat jantung
            Mengetahui indikasi dari obat jantung


      1.3  Rumusan Masalah
            Apakah yang dimaksud dengan obat jantung/kardiovaskuler?
       Apa saja penggolongan obat jantung
       Apa saja indikasi dari obat jantung?




BAB II
PEMBAHASAN
2.1              Pengertian obat kardiovaskuler
Obat Sistem kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi & memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara langsung ataupun tidak langsung. Jantung  dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik.  Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Pembuluh darah dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler.
2.2              Pembagian obat kardiovaskuler
      A.    . anti anemia
      B.     anti pembekuan darah (koagulansia)
      C.     anti pendarahan (hemostatis)
      D.    obat syok
      E.     anti hipertensi
      F.      anti hipotensi
      G.    anti migrain
      H.    deuritika

2.3              Pengertian pembagian obat kardiovaskuler

A. Anti anemia (hematinik)
            Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin plasma lebih rendah dari normal akibat penurunan jumlah sel darah merah yang beredar atau total hemoglobin yang abnormal lebih rendah per unit volume darah.

                Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan darah kronik, kelainan sum – sum tulang, peningkatan hemolisis, infeksi, keganasan, defisiensi endokrin, dan sejumlah keadaan penyakit lain. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan transfusi darah utuh. Sejumlah obat dapat menyebabkan efek toksik pada sel – sel darah, produksi hemoglobin atau alat – alat pembuat sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia. Selain itu, anemia nutrisional yang disebabkan oleh defisiensi substansi makanan (misalnya besi, asam folat, vitamin B12 (sianokobalamin) diperlukan untuk eritropoiesis normal.
                 Dengan demikian obat-obat ini digunakan untuk mengobati anemia dan dinamakan juga sebagai hematinika. Obat lain yang berpengaruh terhadap eritropoesis  yaitu riboflavin,piridoksin,kobal dan tembaga. Ada juga beberapa hormone yang secara tidak secara langsung juga mempengaruhi eritropoesis misalnya hormone tiroid,gonad dan adrenal.
            Ada juga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sel darah merah yaitu eritropoetin yang terutama dibentuk oleh ginjal. Zat ini berperan sebagai regulator poliferasi eritrosit sehingga bila terganggu dapat berakibat anemia berat.


      ANTIANEMIA DEFISIENSI

       ·         BESI (Fe) dan GARAM-GARAMNYA
            Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb),sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah menimbulkan anemia hipokromik mikrositik.
            Zat besi disimpan dalam sel – sel mukosa intestinal sebagai feritin (suatu kompleks protein / besi) sampai dibutuhkan tubuh. Defisiensi besi disebabkan oleh kehilangan darah akut atau kronik, pemasukan yang kurang selama periode pertumbuhan cepat anak – anak, atau menstruasi berlebihan atau wanita hamil. Karena itu, keadaan ini merupakan akibat keseimbangan negatif besi yang disebabkan habisnya simpanan besi dan pemasukan yang tidak cukup, memuncak pada anemia mikrositik hipokrom. Penambahan sulfas ferrosusdiperlukan untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Gangguan gastrointestinal yang disebabkan oleh iritasi lokal merupakan efek samping paling sering akibat suplemen zat besi.


      SUMBER ALAMI
            Makanan yang mengandung Fe dalam kadar tinggi (lebih dari 5 mg/100 g) adalah hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang,kacang-kacangan dan buah-buahan yang tertentu. Makanan yang mengandung besi dalam jumlah sedang(1-5mg/100g) termasuk diantaranya daging, ikan, unggas, sayur-sayuran yang berwarna hijau dan biji-bijian. Sedangkan susu atau produknya dan sayuran yang kurang hijau mengandung besi dalam jumlah rendah (kurang dari 1 mg/100 g).

   INDIKASI
            Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi Fe. Anemia defisiensi Fe paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Selain itu dapat pula terjadi misalnya wanita hamil (terutama multipara) dan pada mas pertumbuhan,karena kebutuhan yanh meningkat. Banyak anemia yang mirip anemia defisiensi Fe. Pada anemia defisiensi Fe dapat terlihat granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel retikuloendotelial sumsum tulang.

   EFEK SAMPNG
            *intoleransi dalam sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi pada setiap pemberian.
           *Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyari lambung (+- 7-20%),konstipasi (+- 10%),diare (+- 5%) dan kolik. Gangguan ini biasa ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini absorpsi dapat berkurang.
            Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi local pada tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit,warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan IV.
           

VITAMIN B12
            Vitamin B12 (sianokobalamin) nerupakan satu-satunya kelompok senyawa lain yang mengandung unsur Co dengan struktur yang mirip dengan derivate porfirin alami lain. Molekulnya terdiri atas bagian-bagian cincin porfirin dengan satu atom Co, basa dimetilbenzimidazol, ribose dan asam fosfat. Umumnya senyawa dalam kelompok ini dinamakan kobalamin. Penambahan gugus-CN pada kobalamin menghasilkan sianokobalamin, sedangkan Penambahan gugus-OH menghasilkan zat yang dinamakan hidroksokobalamin. Sianokobalamin yang aktif dalam tubuh manusia adalah deoksiadenosil kobalamin dan metilkobalamin.


       DEFISIENSI VITAMIN B12
            Kekurangan vitamin B12 dapat disebabkan oleh kurangnya asupan (kadar dalam makanan kurang, terganggunya absorpsi (absorbsi vitamin rendah akibat gangguan sel – sel parietal lambung dalam menghasilkan faktor intrinsik), hilangnya aktivitas reseptor yang dibutuhkan guna pengambilan vitamin intestinal, terganggunya utilisasi, meningkatnya kebutuhan, destruksi yang berkelebihan atau ekskresi yang meningkat.
     
      SUMBER VITAMIN B12 ALAMI
            Sumber asli untuk satu-satunya vitamin B12    adalah mikroorganisme. Bakteri dalam kolon manusia juga membentuk vitamin B12, tetapi ini tidak berguna untuk memenuhi kebutuhan individu yang bersangkutan sebab absorpsi vitamin B12 terutama berlangsung dalam ileum. Selain itu, vitamin B12 dalam kolon ternyata terikat pada protein. Jadi sumber untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah makanan hewani sebab tumbuh-tumbuhan tidak mengandung vitamin B12 .
            Vitamin B12   dalam makanan manusia juga terikat pada protein, tetapi akan dibebaskan proses proteolisis. Jenis makanan yang kaya akan vitamin B12 adalah   jeroan (hati, ginjal, jantung) dan kerang. Kuning telur, susu kering bebas lemak dan makanan yang berasal dari laut (ikan sardine, kepiting) mengandung vitamin B12 dalam jumlah sedang.


             ASAM FOLAT
            Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin,asam paraaminobenzoat dan asam glutamate. Folat terdiri dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar.

      DEFISIENSI FOLAT
            Defisiensi folat sering merupak komplikasi dari (1) gangguan di usus kecil;(2) alkoholisme yang menyebabkan asupan makanan buruk;(3) efek toksik alkoholpada sel hepar;dan (4) anemia hemolitik yang menyebabkan laju malih eritrosit tinggi. Obat-obat yang dapat  menghambat enzim dihidrofolat reduktase (misalnya metotreksat, trimetoprim) dan yang mengadakan interaksi pada basorpsi dan penyimpanan folat (misalnya fenitoin dan beberapa antikovulsan lain, (kontrasepsi oral) dapat menurunkan kadar folat dalam plasma dan menimbulkan anemia megaloblastik.
INDIKASI
             Wanita hamil membutuhkan sekurang-kurangnya 500µg asam folat per hari.
            Dosis yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang ada. Umumnya folat diberikan per oral, etapi bila keadaan tidak  memungkinkan, folat diberikan secara IM dan SK. Untuk tujuan diagnostic digunakan dosis 0,1 mg per oral selama 10 hari yang hanya menimbulkan respons hematologik pada pasien defisiensi folat. Hal ini membedakannya dengan defisiensi vitamin B12   yang baru memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2 mg per hari atau lebih.



      OBAT LAIN
      ·         RIBOVLAFIN
            Ribovlafin (vitamin B12) dalam bentuk flavin mononukleotida (FMN) dan flavin-adenin-dinukleotida (FAD)berfungsi sebagai koenzim dalam merabolisme flavo-protein dalam pernapasan sel. Sehubungan dengan anemia, ternyata riboflavin dapat memperbaiki anemia normokronik-normositik ( pure rd-cell aplasia ). Anemia defisiensi riboflavin banyak terdapat pada malnutrisi protein-kalori, dimana ternyata faktor defisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan. Dosis yang digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau IM.

       ·         PIRIDOKSIN
            Vitamin B6  ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang pertumbuhan heme. Defisiensi piridoksin akan menimbulkan anemia mikrositik hipokromik. Pada sebagian besar pasien akan terjadi anemia normoblastik sideroakrestik dengan sejumlah Fe non hemoglobin yang banyak dalam precursor eritrosit, dan pada beberapa pasien terdapat anemia megaloblastik. Pada keadaan iniabsorpsi Fe meningkat, Fe-bending protein menjadi jenuh dan terjadi hiperferemia, sedangkan daya regenerasi darah menurun. Akhirnya akan didaptkan gejala hemosiderosis.

      ·         KOBAL
            Kobal dapat meningkatkan jumlah hematokrit, hemoglobin dan eritrosit pada beberapa pasein dengan anemia refrakter, seperti yang terdapat pada pasien talasemia,infeksi kronik atau penyakit ginjal, tetapi mekanisme yang pasti tidak diketahui. Kobal merangsang pembentukan eritropoetin yang berguna untuk meningkatkan ambilan Fe dalam sumsum tulang, tetapi ternyata pada pasien anemia refrakter biasanya kadar eritropoetin sudah tinggi.
            Kobal sering terdapat dalam campuran sediaan Fe,karena ternyata kobal dapat meningkatkan absorpsi Fe melalui usus. Akan tetapi, kobal dapar menimbulkan efek toksik berupa erupsi kulit, struma, angina, tinnitus, tuli, payah jantung sianosis, korna, malaise, anoreksia, mual dan muntah.


B.  Anti Pembekuan darah (Koagulansia)
Definisi
          Pembekuan darah adalah proses alami yang mengizinkan darah membentuk gumpalan sel darah dan fibrin untuk menghentikan pendarahan ketika pembuluh darah sobek atau rusak. Jika tubuh tidak memiliki kemampuan untuk membekukan darah, mereka yang memiliki luka kecil pun akan mati kerena pendarahan.

        Akan tetapi, ketika gumpalan darah (thrombus) terbentuk di pembuluh arteri dapat menghambat aliran darah menuju otot jantung atau otak sehingga memicu serangan jantung atau stroke. Atau, ketika darah terlalu lama berada di dalam bilik jantung (terjadi pada kondisi jantung tertentu), gumpalan dapat terbentuk, dan bagian dari gumpalan darah tersebut akan terpompa melalui aliran darah serta menyumbat pada salah satu organ atau arteri, memotong suplai darah dari titik ini. Penyumbatan ini disebut “embolus”.
                               Ada banyak kondisi lain yang berhubungan dengan pembekuan darah, sebagai contoh:
        Pembekuan darah koroner yang melibatkan pembekuan darah pada arteri koroner menyebabkan serangan jantung
          Pembekuan darah pada pembuluh dalam akan membuat pembekuan darah di pembuluh kaki
          Pembekuan darah pada embolus paru-paru akan membuat pembekuan darah di arteri paru-paru
          Kemacetan pada pembuluh darah retina akan membuat pembekuan darah pada pembuluh mata 

Gejala
                   Gejala pembekuan darah didasarkan pada dimana bekuan darah terdapat:

•     Pada paru-paru, gejalanya adalah sakit dada yang tajam, detak jantung yang cepat, batuk yang diwarnai darah,napaspendekdandemam ringan
•    Pada lengan atau kaki, gejalanya adalah gangguan penglihatan, lemah, penurunan cara berbicara, pembengkakan dan sedikit warna kebiruan. Jika terdapat di pembuluh darah, akan menyebabkan pembengkakan dan lebam.
•    Pada otak, gejalanya adalah gangguan penglihatan, lemah, penurunan cara berbicara, menyebabkan stroke atau kejadian ketidak cukupan suplai darah ke otak untuk sementara waktu.
               Jantung, gejalanya adalah rasa sakit pada dada karena serangan jantung. Bekuan darah terbentuk pada jantung juga dapat terbawa menuju organ lain atau arteri tubuh. Kondisi yang dapat menyebabkan bekuan darah yang terbentuk di dalam jantung antara lain gangguan pada katup jantung.


Penyebab & Faktor Risiko
Penyebab

Kerusakan pada endothelial – kerusakan pada jalur pembuluh darah dan jantung dapat menentukan dimana bekuan darah terbentuk.
         Lambatnya aliran darah atau pergolakan aliran darah akan mempengaruhi terbentuknya bekuan darah.

Faktor risiko
Beberapa faktor yang dapat memperbesar risiko terjadinya pembekuan darah antara lain:
           Tekanan darah tinggi      Serangan jantung atau stroke sebelumnya
      Gangguan pada katup jantung
          Kegagalan jantung
          Trauma pada pembuluh darah, sebagai contoh akibat kecelakaan, operasi atau terbakar

      SOLUSI PENGOBATAN UNTUK MASALAH BLOODCLOTS/PEMBEKUAN DARAH :
        Mengaktifkan molekul air di dalam tubuh, mengencerkan darah, menambah kadar oksigen dalam darah : Darah yang kental mengakibatkan haemoglobin darah sulit mengikat oksigen soluble (bentuk oksigen yang terlarut didalam darah), darah yang kental mengakibatkan sirkulasi darah menjadi lambat, sehingga distribusi oksigen, nutrisi dan air ke seluruh sel-sel tubuh menjadi lambat, disamping itu akan memperberat kinerja jantung dalam memompa darah. Sebaliknya darah yang relatif encer, haemoglobin darah lebih mudah mengikat oksigen soluble didalam darah, sirkulasi darah lebih lancar dan distribusi nutrisi, oksigen dan air lebih cepat serta meringankan kinerja jantung.
  
C. Anti Pendarahan
Definisi

Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik.Hemostatis merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat haemostatik(Koagulansia ) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.
Obat haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis perdarahan.
Dalam proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi), trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah
Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu :
      1.      aktivasi tromboplastin
      2.      pembentukan trombin dari protrombin
      3.      pembentukan fibrin dari fibrinogen
Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah yang hingga kini dikenal 15 faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca++ , faktor VIII-anti hemofilik, faktor IX-tromboplastin plasma.)
           
Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu :
      1.      Obat hemostatik lokal
      2.      Obat  hemostatik sistemik.

      Hemostatik Lokal
      1. Hemostatik serap
Mekanisme kerja :
 Menghentikan   perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala
serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada permukaan   yang berdarah . Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah.

Indikasi :
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal dari
pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk
menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra
vaskularnya cukup besar.
Contoh obat :
v  Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida )
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan
sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini
menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaan kain kasa .
Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6
jam.
Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat
mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada
patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi,
selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka
panjang.
\



  Astringen
     Mekanisme kerja :
Zat ini bekerja local dengan mengendapkan  protein darah
sehingga perdarahan dapat dihentikan,  sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic.
Indikasi :
Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang efektif
bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.
Contoh Obat :
Antara lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat.

      Koagulan
Mekanisme kerja :
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis dengan 2
cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombin
dan secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Contoh Obat :
Russell’s viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat
digunakan umpamanya untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien
hemofilia. Untuk 
tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1
% dan ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi,  zat ini
tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal.
Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan
bahaya emboli.

4. Vasokonstriktor
Mekanisme Kerja :
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi , dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
Cara pemakaian :
Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang
telah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang
berdarah.


hemostatik sistemik
Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan
dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua
faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang
disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi
dengan mengganti/ memberikan faktor pembekuan yang kurang.

      Faktor anti hemoflik (faktor VIII) dan cryoprecipitated anti Hemophilic Factor


           Indikasi
Kedua zat  ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada   penderita hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya herediter  dan pada penderita yang darahnya mengandung inhibitor factor VII
     
      kompleks Faktor X
           Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya
hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia.


          Efek samping
trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi hipersensivitas  berat (shok anafilaksis).

       V itamin K
          Mekanisme kerja :
Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu.
          Indikasi :
Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K.


           Efek samping :
Pemberian filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkan kematian.

      Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA)
Mekanisme Kerja :
          Menghambat peningkatan permeabilizas kapiler
           Meningkatkan resistensi kapiler
      Indikasi
      Pendarahan disebabkan menurunnya resistensi kapiler dan meningkatnya permeabilizas kapiler
          Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunan resistensi kapiler
          Pendarahan otak
Sediaan  : Tablet 10 mg/ Forte 30 mg
                       Injeksi 2 ml/10 mg dan 5 ml/25 mg

       D.      Obat syok
           Definisi
            Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera.

           Penyebab Syok

          Tiga faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah normal:
      a.       Pompa jantung. Jantung harus berkontraksi secara efisien.
      b.      Volume sirkulasi darah. Darah akan dipompa oleh jantung ke dalam arteri dan kapiler-kapiler jaringan. Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh jaringan, sistem vena akan mengumpulkan darah dari jaringan dan mengalirkan kembali ke jantung. Apabila volume sirkulasi berkurang maka dapat terjadi syok.
      c.       Tahanan pembuluh darah perifer. Yang dimaksud adalah pembuluh darah kecil, yaitu arteriole-arteriole dan kapiler-kapiler. Bila tahanan pembuluh darah perifer meningkat, artinya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kecil. Bila tahanan pembuluh darah perifer rendah, berarti terjadi vasodilatasi. Rendahnya tahanan pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah akan berkumpul pada pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran darah balik ke jantung menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun.

Penanggulangan Syok
          Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer.

      E.     Anti Hipertensi
      A.    Definisi
      a.       Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg (WHO).
      b.      Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes)
      c.       Tekanan Darah (TD) didistribusikan terus menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi (Davey)
      d.      Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.
      e.       Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
.    
      Pengobatan Farmakologis
       1.        Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air.

         2.            Antagonis Reseptor- Beta
Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

       3.          Antagonis Reseptor-Alfa
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.

       4.         Kalsium Antagonis
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.

       5.         ACE inhibitor
          Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui  urine sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.

E.     Klasifikasi OAH (obat anti hipertensi) didasarkan pada tempat regulasi utama atau titik tangkap kerjanya
1. DIURETIK

1. Furosemide
          Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
          Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
    Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of henle.
    Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
    Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
     Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.
    Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.
           Dosis :       Dewasa 40 mg/hr
           Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr

       2.      HCT (Hydrochlorothiaside)
          Sediaan obat : Tablet
           Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun.
          Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
           Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.
          Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan.
         Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam

2. ANTAGONIS RESEPTOR BETA

1. Asebutol (Beta bloker)
          Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
          Sediaan obat : tablet, kapsul.
         Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik perifer.
          Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
          Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
          Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
          Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

Atenolol (Beta bloker)
          Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
          Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
          Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
          Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
           Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.
          Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.
          Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr




       3.       ANTAGONIS RESEPTOR ALFA

Klonidin (alfa antagonis)
           Nama paten : Catapres, dixarit
           Sediaan obat : Tablet, injeksi.
          Mekanisme kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic di SSP.
         Indikasi : hipertensi, migren
         Kontraindikasi : wanita hamil, penderita yang tidak patuh.
          Efek samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
          Interaksi obat : meningkatkan efek antihistamin, andidepresan, antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan efek antihipertensinya.
          Dosis : 150 – 300 mg/hr.


4. ANTAGONIS KALSIUM
1. Diltiazem (kalsium antagonis)
           Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
            Sediaan obat : Tablet, kapsul
           Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel calcium.
           Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
           Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
          Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
          Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
         Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan

2.    Nifedipin (antagonis kalsium)
            Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
            Sediaan obat : Tablet, kaplet
                        Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.
                        Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.
                        Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.
                         Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
                        Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.
                        Dosis : 3 x 10 mg/hr

      G.    Anti Hipotensi
Definisi hipotensi
            Tekanan darah rendah atau hipotensi terjadi bila tekanan darah lebih rendah dari biasanya, yang berarti jantung, otak dan bagian tubuh lain tidak mendapatkan cukup darah.
Biasanya, seseorang disebut menderita hipotensi bila tekanan darahnya di bawah 90/60 mmHg . Namun hal itu tidak berlaku bagi setiap orang. Ada orang yang tekanan darah normalnya selalu rendah dan tidak merasakan gangguan. Sementara, ada orang yang bertekanan darah di atas angka tersebut dan mengalami masalah hipotensi. Faktor yang paling penting adalah adanya perubahan tekanan darah dari kondisi normal. Tekanan darah normal manusia berada pada kisaran 90/60 sampai  130/80 mm Hg, namun penurunan yang signifikan, bahkan hanya 20 mm Hg, dapat menyebabkan masalah bagi sebagian orang.
       
              Jenis-Jenis Hipotensi
Ada tiga jenis utama hipotensi:
          
            Hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik disebabkan oleh perubahan tiba-tiba posisi tubuh, biasanya ketika beralih dari berbaring ke berdiri, dan biasanya hanya berlangsung beberapa detik atau menit. Hipotensi jenis ini juga dapat terjadi setelah makan dan sering diderita oleh orang tua, orang dengan tekanan darah tinggi dan orang dengan penyakit Parkinson.
            Hipotensi Dimediasi Neural (NMH dalam singkatan bahasa Inggris). NMH paling sering mempengaruhi orang dewasa muda dan anak-anak dan terjadi ketika seseorang telah berdiri untuk waktu yang lama.
        Hipotensi akut akibat kehilangan darah tiba-tiba (syok)

       Gejala Hipotensi

Gejala tekanan darah rendah antara lain:
            Penglihatan kabur
           Kebingungan
           Pingsan
           Pusing
           Kantuk
         Lemas
     Penyebab hipotensi
Penyebab hipotensi  bervariasi antara lain karena:
·                     Dehidrasi.
·                     Efek samping obat  seperti alkohol, anxiolytic, beberapa antidepresan, diuretik, obat-obatan untuk tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner, analgesik.
·                     Masalah jantung seperti perubahan irama jantung (aritmia), serangan jantung, gagal jantung.
·                     Kejutan emosional, misalnya syok yang disebabkan oleh infeksi yang parah, stroke, anafilaksis (reaksi alergi yang mengancam nyawa dan trauma hebat.
·                     Perdarahan, dll.  Anda sangat disarankan berkonsultasi dengan dokter atau spesialis jika sering pingsan atau hipotensi mengganggu kualitas hidup Anda.
·                     Diabetes tingkat lanjut
      Pengobatan
          Hipotensi pada orang sehat yang tidak menimbulkan masalah biasanya tidak memerlukan perawatan.
         Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala tekanan darah rendah, Anda mungkin memerlukan pengobatan, yang tergantung pada penyebabnya.
           Jika hipotensi ortostatik disebabkan oleh obat-obatan, dokter Anda dapat mengubah dosis atau memberikan obat yang berbeda. Jangan berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter. Pengobatan lain untuk hipotensi ortostatik termasuk penambahan cairan untuk mengobati dehidrasi atau memakai selang elastis untuk meningkatkan tekanan darah di bagian bawah tubuh.
           Mereka yang menderita hipotensi jenis NMH harus menghindari pemicu, seperti berdiri untuk waktu yang lama. Pengobatan lain melibatkan banyak minum cairan dan meningkatkan jumlah garam dalam makanan. (Pengobatan ini harus atas rekomendasi dokter  karena terlalu banyak garam juga dapat berbahaya bagi kesehatan).
            Hipotensi akut yang disebabkan oleh syok adalah kedaruratan medis. Anda mungkin akan diberi transfusi darah intravena, obat-obatan untuk meningkatkan tekanan darah dan kekuatan jantung, serta obat lainnya seperti antibiotik.

v  Beberapa Tips bagi Penderita Hipotensi
·                Banyak wanita penderita hipotensi yang memiliki tingkat zat besi sangat rendah karena menstruasi yang sangat banyak. Mintalah nasihat spesialis bila membutuhkan suplemen penambah darah.
·                Terjatuh sangat berbahaya bagi orang tua karena dapat membuat cedera  patah tulang dan komplikasi lainnya. Selalu dampingi orang tua Anda yang menderita hipotensi berat.
·                Bila Anda merasakan gejala penurunan tekanan darah, Anda harus segera duduk atau berbaring  dan mengangkat kaki Anda di atas ketinggian jantung.
      ·         Jika tekanan darah rendah menyebabkan seseorang pingsan, segeralah cari perawatan medis. Jika orang tersebut tidak bernafas, segeralah lakukan pertolongan bantuan pernafasan.

     G.    Anti Migraine
Migren adalah nyeri kepala vaskular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual dan atau muntah, mata terasa silau, terjadi perubahan dalam penglihatan, termasuk penglihatan kabur atau timbul titik buta dimana anda tidak dapat melihat pada satu titik tertentu.
Menjadi terganggu dengan cahaya (pencahayaan), kebisingan atau bau. Migren diklasifikasikan menjadi; migren dengan aura, migren tanpa aura, migren oftalmoplegik, migren retinal, migren yang berhubungan dengan gangguan intracranial, migren dengan komplikasi, dan gangguan seperti migren yang tidak terklasifikasikan.Namun yang sering terjadi di masyarakat adalah migraine tanpa aura.
Migrain ini dapat terjadi pada beberapa usia, juga dapat terjadi pada wanita maupun laki-laki. Namun menurut penelitian, migrain ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Migren dapat terjadi pada semua usia, tetapi biasanya muncul antara usia 10-40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelahusia 50 tahun.
Migrain ini dapat terjadi karena perubahan hormon (estrogen dan progesteron) pada wanita, khususnya pada fase luteal siklus menstruasi, faktor makanan (anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (keju, coklat), serta zat tambahan pada makanan., faktor fisik seperti lahraga berat,kelelahan, stress,alcohol,merokok dan rangsang sensorik seperti (seperti cahaya yang silau, bau menyengat).
dua golongan obat analgetik yang umum digunakan dalam pengobatan migraine yaitu Acetaminophen (Paracetamol) dan NSAID atau Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs. Obat NSAID dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu aspirin dan non-aspirin. Yang termasuk ke dalam golongan NSAID non-aspirin antara lain ibuprofen dan naproxen. Beberapa jenis dari obat NSAID ini dapat diperoleh dengan menggunakan resep dokter. Jika dengan pengobatan ini tidak juga mereda maka dokter akan meresepkan obat golongan lainnya, yergantung dari jenis migrainnya. Oleh karena itu untuk para penderita migraine sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dalam pengobatannya, karena efek dan dosis masing-masing obat berbeda-beda.
ada prinsipnya yang terpenting dalam pencegahan migraine adalah dengan mengubah pola hidup yang berisiko mencetuskan migraine Hal ini termasuk menghentikan kebiasaan merokok, menghindari makanan yang banyak mengandung tiramin (bahan kimia yang terdapat dalam keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapat mencetuskan terjadinya migren. Penyedap masakan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala, kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar debar jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong.
Fenomena ini biasa disebut Chinese restaurant syndrome. Aspartam atau pemanis buatan yang banyak dijumpai pada minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu sebaiknya hindari jenis makanan tersebut. Selain itu juga perlu menghindari makanan yang mengandung nitrat tinggi seperti kacang kacangan, juga kafein dalam jumlah banyak. Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan, teh, cokelat, dan kopi.
Selain menghindari makanan pencetus migraine kita juga harus menjaga pola hidup yang sehat, dengan makan- makanan bergizi,banyak minum air putih, jangan menunda makan dan hindari puasa yang lama dan olah raga teratur. Olah raga dapat memperbaiki kualitas tidur dan menurunkan frekuensi migren. Lakukan peningkatan olah raga secara bertahap. Olah raga yang terlalu keras sehingga tubuh kelelahan justru akan memicu terjadinya sakit kepala migren. Kurangi stress dengan teknik relaksasi.

       G.    Deuritika
Ø       Definisi
 Diuretika adalah zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih/kencing (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal.Golongan diuretika untuk pengobatan hipertensi merupakan pilihan utama untuk pengelolaan tekanan darah tinggi.
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga menurunakn volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Beberapa diuretik juga bekerja dengan mennurunkan resistensi perifer sehingga memperkuat efek hipotensinya.
Diuretika merupakan zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lain yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini seperti zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol).
    
      PROSES DIURESIS
Dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex), yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam-garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari penyaringan dan berisi banyak air serta elektrolit akan ditampung dalam wadah (kapsul Bowman) dan disalurkan ke pipa kecil. Disini terjadi penarikan kembali secara aktif air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh (glukosa, ion-Nadll). Zat ini dikembalikan ke darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sedang ”ampas” yang tersisa dirombak melalui metabolisme protein (ureum) untuk sebagian diserap kembali. Akhirnnya, filtrat dari semua tubuli ditampung di ductus colligens (penampung) yang disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
Ultrafiltrat yang dihasilkan perhari sekitar 180 liter (dewasa) yang dipekatkan sampai hanya tersisa lebih kurang 1 liter air kemih. Sisanya, lebih dari 99% direabsorpsi dan dikembalikan pada darah. Dengan demikian, suatu obat yang cuma sedikit mengurangi reabsorpsi tubulerm misalnya dengan 1%, mampu melipatgandakan volume kemih (menjadi ca 2,6 liter).

      MEKANISME KERJA DIURETIKA
Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:
     
       1.      Tubuli proksimal.
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif untuk70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.
     
       2.      Lengkungan Henle.
Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl-begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+ diperbanyak.
     
      3.      Tubuli distal.
Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+.
     
       4.      Saluran Pengumpul.
Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

  Ø  PENGGOLONGAN DIURETIKA

       1.      Diuretika Lengkungan.
Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan.
     
      2.      Derivat Thiazida.
Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Contoh obatnya adalah hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide.
     
      3.      Diuretika Penghemat Kalium.
Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal.

      4.      Diuretika Osomosis.
Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Conto obatnya adalah Mannitol dan Sorbitol.Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat an dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik. Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma. Contoh obat patennya adalah Manitol.
     
      5.      Perintang Karbonanhidrase.
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang-seling.Asetozolamid diturunkan r sulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+

Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+ lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi, bat ‘penyakit ketinggian’. Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox.
  
  Ø  Penggunaan Diuretika,
Digunakan pada semua keadaan di mana dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung.


      1.      Hipertensi
Guna mengurangi darah seluruhnya hingga tekanan darah (tensi) menurun. Derivat thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretika lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek antihipertensifnya. Mekanisme kerjanya berdasarkan penurunan daya-tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretis. Thiazida memperkuat efek obat-obat hipertensi beta blocker dan ACE inhibitor, sehingga sering dikombinasikan dengannya
      2.      Gagal jantung (decompensatio cordis)
Cirinya adalah peredaran tak sempurna dan terdapat cairan berlebihan di jaringan, sehingga air tertimbun dan terjadi udema, misalnnya pada paru-paru. Begitu pula pada sindro nefrotis yang bercirikan udema tersebar akibat proteinuria hebat karena permeabilitas dipertinggi dari membran glomeruli. Pada busung perut dengan air tertumpuk di rongga perut akibat cirrosis hati. Untuk indikasi ini terutama digunakan diuretika lengkungan, dalam keadaan parah akut secara intravena. Thiazida dapat memperbaiki efeknya pada pasien dengan insufiensi ginjal. Thiazid juga digunakan dalam situasi di mana diuresis pesat bisa mengakibatkan kesulitan, seperti pada hipermetrofi prostat.

  Ø  Efek Samping
      1.      Hipokaliemia,
Yaitu kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretika dengan tempat kerja di bagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K+dan H+ karena ditukarkan dengan ion Na+. Akibatnya adalah kadar kalum plasma dapat turun di bawah 3,5 mml/liter. Keadaan ini terutama terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida atau bumetamida, mungkin bersama thiazida. Gejalanya berupa kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang aritmia jantung. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang diobati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin.
     2.      Hiperurikemi
Akibat retensi asam urat dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amirolida. Diduga disebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai tranpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tinggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
       3.      Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida dan efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.

     4.      Hiperlipidemia
Ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida. Pengecualian adalah indapamida yang praktis tdk meningkatnya kadar lipid tersebut.
      5.      Hiponatriema.
Akibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun keras dengan akibat hiponatriema. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus letargi, dan kolaps.

      1.      Golongan tiazid
Golongan ini bekerja dengan menghambat simporter Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga meningkatkan eksresi Na­+ dan Cl-. Prototipe golongan ini adalah hidroklorotiazid (HCT). Selain itu juga terdapat bendroflumetazid, indapamid dll dengan waktu paruh yang berbeda-beda. HCT sendiri memiliki waktu paruh 10-12 jam. Sampai saat ini tiazid merupakan obat utama dalam terapi hipertensi. Umumnya efek hipotensi tiazid baru terlihat setelah 2-3 hari dan mencapai maksimum setelah 2-4 minggu. Efek samping dari tiazid antara lain hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia, hiperkalsemia dan hiperurisemia. Tiazid juga dapat menyebabkan hiperlipidemia, hiperglikemia dan kurang efektif pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

      2.      Diuretik kuat/loop diuretic
Diuretik kuat bekerja di ansa Henle pars asendens dengan menghambat kotransporter Na+, K+, Cl- dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Diuretik kuat digunakan sebagai antihipertensi terutama pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >2.5 mg/dL) atau gagal jantung. Termasuk dalam golongan diuretik kuat adalah furosemid, bumetanid, torasemid dan asam etakrinat. Efek sampingnya antara lain hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia dan hiperkalsiuria.

       3.      Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium digunakan terutama dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia. Termasuk dalam golongan ini adalah amilorid, triamteren, dan spironolakton (antagonis aldosteron). Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia bila diberikan pada pasien dengan gagal ginjal atau bila dikombinasi dengan ACE-inhibitor, ARB, β-blocker, AINS atau suplemen kalium
  v  Penghambat adrenoreseptor beta (β-blocker)
β-blocker bekerja dengan menghambat reseptor  β1 sehingga menumbulkan penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard, menghambat sekresi renin, mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosintesis prostasiklin (vasodilator). Efek penurunan tekanan darah dapat terlihat dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah terapi dimulai. Dari berbagai β-blocker, atenolol merupakan obat yang sering dipilih (bersifat kardioselektif). Selain itu terdapat juga labetolol, karvedilol dll yang umumnya nonselektif. Β-blocker dikontraindikasikan pada penderita asma bronkial, bradikardia, blokade AV derajat 2 dan 3, sick sinus syndrome dan gagal jantung belum stabil. Efek samping β-blocker antara lain bronkopasme, gangguan sirkulasi perifer, depresi, mimpi buruk, halusinasi dan gangguan fungsi seksual.
  v  ACE-inhibitor
ACE-inbitor merupakan obat yang bekerja dengan menghambat enzim angiotensin converting enzyme (ACE) yang dalam keadaan normal bertugas mengaktifkan angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 yang berperan dalam sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, di mana aldosteron berfungsi mengkonservasi air dalam tubuh. Selain itu ACE-inhibitor juga menghambat degradasi bradikinin, sehingga bradikinin dapat bekerja meningkatkan sintesis EDRF/NO dan prostasiklin yang merupakan vasodilator. ACE-inhibitor juga diduga menghambat pembentukan angiotensin II secara lokal di endotel pembuluh darah.
Secara umum ACE-inhibitor dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 1) yang bekerja langsung, contohnya kaptopril dan lisinopril Dan 2) prodrug, contohnya enalapril, kuinapril dan perindopril.  ACE-inhibitor efektif untuk hipertensi ringan hingga berat, hipertensi dengan gagal jantung kongestif, hipertensi pada diabetes, dislipidemia, obesitas, hipertensi dengan penyakit jantung koroner, hipertrofik ventrikel kiri dll. Untuk memperkuat efeknya ACE-inhibitor sering dikombinasikan dengan diuretik, β-blocker atau vasodilator. ACE-inhibitor dikontraindikasikan pada stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada ginjal tunggal serta pada ibu hamil. Efek samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, rash kulit, edema angioneurotik, gagal ginjal akut,  dan proteinuria.
  v  Penghambat reseptor angiotensin (angiotensin receptor blocker/ARB)
ARB bekerja dengan menghambat efek angiotensin II pada reseptor AT1 (yang terutama terdapat di otot polos pembuluh darah dan otot jantung, selain itu terdapat juga di ginjal, otak, dan kelenjar adrenal). Efek yang dihambat meliputi: vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, sekresi vasopresin, rangsangan haus, stimulasi jantung, serta efek jangka panjang berupa hipertrofik otot polos pembuluh darah dan miokard. Efek yang ditimbulkan ARB mirip dengan efek yang ditimbulkan ACE-inhibitor, namun ARB tidak memiliki efek samping batuk kering dan angioedema. Losartan merupakan prototip dari golongan ARB, selain itu ada juga valsartan, irbesartan, dll. Efek samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi dan hiperkalemia. Obat ini dikontraindikasikan pada ibu hamil dan menyusui serta pada pasien dengan stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada ginjal tunggal.
  v  Antagonis kalsium/calcium channel blocker
Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard, menimbulkan efek relaksasi arteriol dan penurunan resistensi perifer. Berbagai antagonis kalsium antara lain nifedipin, verapamil, diltiazem, amlodipin, nikardipin, isradipin, dan felodipin. Golongan dihidropiridin (seperti nifedipin, nikardipin, dll) bersifat vaskuloselektif , menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti (efek pada nodus SA dan AV minimal). Nifedipin oral sangat bermanfaat untuk mengatasi hipertensi darurat (dosis 10mg akan menurunkan tekanan darah dalam waktu 10 menit), namun tidak dianjurkan untuk hiperensi dengan penyakit jantung koroner. Efek samping antagonis kalsium antara lain iskemia miokard, hipotensi, edema perifer, bradiaritmia, dll.
  v  Penghambat saraf adrenergic
Penghambat saraf adrenergik meliputi reserpin, guanetidin dan guanadrel. Reserpin bekerja dengan menghambat uptake dan memecah katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) di ujung vesikel. Efek yang ditimbulkan adalah penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Efek samping reserpin antara lain depresi mental, penurunan ambang kejang, bradikardia, hipotensi ortostatik, dan hiperasiditas lambung yang dapat mengeksaserbasi ulkus lambung dll. Sedangkan guanetidin dan guanadrel bekerja dengan menggeser norepinefrin dari vesikel dan mendegradasinya, sehingga menurunkan tekanan darah melalui penurunan curah jantung dan resistensi perifer. Efek samping guanetidin antara lain hipotensi ortostatik dan diare.
  v  Penghambat adrenoreseptor alpha (α-blocker)
Hambatan reseptor α1 menyebabkan vasodilatasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer.  Termasuk ke dalam golongan ini adalah prazosin, terazosin, bunazosin, dan doksazosin. α-blocker memiliki keunggulan yaitu efek positif terhadap lipid darah dan mengurangi resistensi perifer. Efek samping yang ditimbulkan antara lain hipotensi ortostatik, sakit kepala, palpitasi, edema perifer, mual dll.
  v  Adrenolitik sentral (metildopa dan klonidin)
Metildopa merupakan prodrug dalam susunan saraf pusat yang menggantikan kedudukan dopa dalam sintesis katekolamin dengan hasil akhir α-metilnorepinefrin. Efek yang ditimbulkan antara lain mengurangi sinyal simpatis ke perifer sehingga menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Obat ini efektif bila dikombinasikan dengan diuretik, dan merupakan pilihan utama untuk pengobatan hipertensi pada ibu hamil karena terbukti aman bagi janin. Efek samping yang sering adalah sedasi, hipotensi postural, pusing, mulut kering, sakit kepala, depresi, dll.
Klonidin bekerja pada reseptor α-2 di susunan saraf pusat dengan efek penurunan simpathetic outflow dan menurunkan resistensi perifer dan curah jantung. Obat ini digunakan sebagai obat kedua atau ketiga jika penurunan tekanan darah dengan diuretik belum optimal. Efek samping yang sering timbul antara lain mulut kering, sedasi, dll.

  v  Vasodilator (hidralazin, minoksidil, diazoksid)
Hidralazin bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol melalui mekanisme yang belum diketahui. Obat ini biasanya digunakan sebagai obat kedua atau ketiga setelah diuretik dan β-blocker. Efek samping yang timbul antara lain sakit kepala, mual, hipotensi, takikardia, dll. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien penyakit jantung koroner dan tidak dianjurkan pada pasien usia di atas 40 tahun.
Minoksidil bekerja dengan membuka kanal kalium ATP-dependent dengan akibat terjadinya efluks kalium dan hiperpolarisasi membran yang diikuti oleh relaksasi otot polos pembuluh darah dan vasodilatasi. Efek samping yang timbul antara lain retensi cairan dan garam, refleks simpatis, hipertrikosis, hiperglikemia dll. Minoksidil harus diberikan bersama dengan diuretik dan penghambat adrenergik (biasanya  β-blocker) untuk mencegah retensi cairan dan mengontrol refleks simpatis.
Diazoksid merupakan derivat benzotiazid namun tidak memiliki efek diuresis. Obat ini bekerja dengan mekanisme mirip minoksidil. Diazoksid diberikan untuk mengatasi hipertensi darurat, hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, dan hipertensi berat pada glomerulus akut dan kronik. Efek samping yang ditimbulkan atntara lain retensi cairan dan hiperglikemia.
































BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
        
          Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi  dan memperbaiki system cardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) secara langsung atau tidak langsung.Jantung merupakan organ vital yang bberfungsi sebagai alat peredaran darah dimana jantung sangat harus dijaga sebab jika jantung tidak dijaga akan berefek terhadap kematian.Pembagian obat jantung didasarkan 8 golongan yaitu , antianemia , anti koagulan , anti pendarahan , obat syok ,anti hipertensi , anti hipotensi , anti migraine , dan anti diuretic. 

3..2   .Kritik dan Saran
    Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempurnaan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang  bersifat membangun kepada semua pembaca.
Sebaiknya gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakan lah obat tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi batasnya.

















DAFTAR PUSTAKA

      1.      Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
      2.      Tambayong, Jan, 2001, Farmakologi Untuk Keperawatan, Jakarta, Widya Medika
      3.      http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/obat-kardiovaskuler.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar