Kamis, 08 Desember 2016

Polimer Sintetis


Tahukah kamu polimer sintetis? Polimer sintetis merupakan hasil sintesis senyawa-senyawa organik di mana molekul-molekul yang berupa monomer bergabung membentuk rantai panjang melalui ikatan kovalen.

Contoh :

Pada contoh di atas monomer-monomer etena bereaksi polimerisasi membentuk polietena. Bagaimana klasifikasi polimer sintetis ini? Dan apakah kegunaannya?




Polimer alam terjadi secara alamiah. Contohnya amilum, selulosa, karet, wol, karbohidrat dan protein. Mari kita pelajari beberapa polimer alam berikut ini.

1. Karet

Karet alam merupakan polimer adisi alam yang paling penting. Karet disadap dari pohon karet dalam bentuk suspensi di dalam air yang disebut lateks. Karet banyak dikembangkan di Pulau Jawa dan Sumatra. Karet alam adalah polimer isoprena. Lateks atau karet alam bersifat lunak atau lembek dan lengket jika dipanaskan. Kekuatan rantai dalam elastomer (karet) terbatas, akibat adanya struktur jaringan, tetapi energi kohesi harus rendah untuk memungkinkan peregangan. Contoh elastomer lain yang banyak digunakan adalah polivinil klorida, dan polimer stirena-butadiena-stirena (SBS).


Nasi, jagung, sagu, ataupun roti mengandung karbohidrat. Karbohidrat adalah golongan senyawa organik yang terjadi secara alamiah dan berjumlah terbanyak. Potensi karbohidrat di wilayah Indonesia tersebar hampir merata. Hal ini karena iklim Indonesia yang cocok untuk tanaman penghasil karbohidrat. Misal padi banyak dihasilkan di Pulau Jawa, Propinsi Riau, Sumatra Utara, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Jagung dihasilkan di Propinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Daerah Istimewa Jogjakarta, dan Pulau Jawa. Adapun sagu dihasilkan di Propinsi Sulawesi Selatan, Papua, Maluku, dan Riau.
Kata polimer berasal dari bahasa Yunani, poly yang berarti banyak dan meros yang berarti bagian. Jadi, polimer adalah suatu makromolekul yang tersusun atas banyak bagian-bagian kecil. Bagian kecil yang menyusun polimer disebut dengan monomer. Monomer dapat berupa senyawa berikatan rangkap, misalnya etena (HC=CHdan propena (HC=CH−CH). Monomer juga dapat berupa senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti etanadiol (HO−HC−CH−OH) dan metanal (H−COH).
        Tata nama polimer didasarkan pada nama monomer dengan menambahkan awalanpoli–. Misalnya, polimer polietena [−CH−CH]n tersusun dari monomer etena (HC=CH), polimer poliisoprena tersusun dari monomer isoprena dan sebagainya.
 PEMBENTUKAN POLIMER 
Reaksi pembentukan polimer disebut polimerisasi, yaitu penggabungan molekul-molekul kecil (monomer) membentuk molekul besar (polimer). Berdasarkan jenis reaksinya, polimerisasi dibedakan atas polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
Polimerisasi Adisi
Polimerisasi adisi yaitu reaksi polimerisasi melalui pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomer-monomernya yang membentuk ikatan tunggal. Dalam reaksi ini, tidak terbentuk hasil sampingan berupa molekul-molekul kecil seperti HO atau NH.
Polimer adisi antara lain: poliisoprena, polietilena, dan polivinilklorida. Contoh lain dari polimer adisi adalah suatu film plastik tipis yang terbuat dari monomer etilen dan permen karet yang terbuat dari monomer vinil asetat.
Contoh reaksi:
Pembentukan polietilena (polietena).
        Pada reaksi adisi, monomer-monomer yang mengandung ikatan rangkap saling bergabung, satu monomer masuk ke monomer yang lain, membentuk rantai panjang. Produk yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi adisi mengandung semua atom dari monomer awal.
Polimerisasi Kondensasi
Polimerisasi kondensasi yaitu reaksi polimerisasi dari monomer-monomer yang mempunyai dua gugus fungsional. Ketika monomer-monomer berikatan, terjadi reduksi pada gugus fungsionalnya dan terjadi pelepasan molekul-molekul kecil seperti HO atau CHOH (metanol).
Polimer kondensasi antara lain: nylon, dakron, amilum, dan selulosa.
Contoh reaksi:
Pembentukan nylon 66 dari 1,6-diaminoheksana (heksametilen diamin) dengan asam 1,6-heksanadioat (asam adipat).
 PENGGOLONGAN POLIMER 
1. Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas:
Polimer alam: polimer yang secara alami terdapat di alam.
Contoh: protein, amilum, glikogen, selulosa, karet alam (poliisoprena), asam nukleat.
Polimer sintetis: polimer yang tidak ada secara alami dan hanya dapat diproduksi di laboratorium atau pabrik.
Contoh: polietena, polivinilklorida, polipropilena, tetrafloroetilena.
2. Berdasarkan jenis monomernya
Homopolimer terbentuk dari satu jenis monomer.
Contoh: polietilena, polipropilena, polistirena, PVC, teflon, amilum, selulosa dan poliisoprena.
Kopolimer terbentuk dari dua atau lebih jenis monomer.
Contoh: nilon 66 dan dakron.
3. Berdasarkan sifatnya terhadap panas
Berdasarkan sifatnya terhadap panas, polimer dibedakan atas polimer termoplas dan polimer termoset.
Polimer termoplas: polimer yang melunak jika dipanaskan. Polimer jenis ini terdiri atas molekul-molekul rantai lurus atau bercabang sehingga dapat dibentuk ulang.
Contoh: polietilena, PVC, dan polipropilena.
Polimer termoset: polimer yang tidak melunak jika dipanaskan. Polimer jenis termoset terdiri atas ikatan silang antarrantai sehingga terbentuk bahan yang keras dan lebih kaku sehingga tidak dapat dibentuk ulang.
Contohnya: bakelit, yaitu plastik yang digunakan untuk peralatan listrik.
4. Berdasarkan Keelelastisannya
Plastik: polimer yang bersifat plastis. Contoh: polietilen, PVC, teflon, dan polipropilen.
Serat: polimer yang mempunyai gaya renggang tinggi di sepanjang sumbunya, berbentuk benang dan dapat ditenun menjadi kain. Contoh: selulosa, nilon, dakron, dan orlon.
Elastomer: polimer yang bersifat elastis. Contoh: karet alam dan karet sintetis.

Pembagian karbohidrat

No
Penggolongan
Jenis
Keterangan
1
Monosakarida
Gula sederhana, masing-masing terdiri dari  satu melekul
a.Glukosa
b. Fruktosa
c. Galaktosa
·         Jenis karbohidrat penting, juga dinamakan dekstrosa, gula anggur atau gula darah
·         Paling manis  diantara semua gula, juga disebut levulosa atau gula buah-buahan
·         Tidak terdapat di alam, berasal dari pencernaan gula susu.
2
Disakarida:
Gula bermolekul dua
1.       Sukrosa
1.       Maltosa
1.      Laktosa
·         Juga dikenal sebagai gula tebu atau gula bit
·         Terda[pat dalam kecambah butiran, juga  disebut gula malt
·         Gula susu
3
Polisakarida
Karbohidrat kompleks banyak gula sederhana yang diikat bersama sebagai suatu rantai kurus (amilosa) atau  rantai bercabang (amilopektin)
1.       Pati
1.       Glikogen
1.      Selulosa
·         Karbohidrat yang paling banyak di alam, sumber yang paling kaya adalah biji tumbuh-tumbuhan, tidak larut dalam air dingin, perombakan antara  deksrin, hasil akhir dari hidrolisis
·         Dikenal sebagai pati hewan, dibentuk dalam tubuh dari glukosa dan disimpan dalam hati dan otot, digunakan jika diperlukan sebagai sumber energy, larut dalam air
·         Manusia kurang mampu mencernakannya, bertindak sebagai serat  dalam makanan

 


Reaksi Pembentukan Polimer

Reaksi pembentukan polimer dikelompokkan menjadi dua, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
1. Polimerisasi Adisi
Polimerisasi adisi adalah perkaitan langsung antarmonomer berdasarkan reaksi adisi. Polimerisasi adisi terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan rangkap, di mana dengan bantuan suatu katalisator (misalnya peroksida), maka ikatan rangkapnya terbuka dan monomer-monomer dapat langsung berkaitan. Contohnya pembentukan polietilena (polietena):
2. Polimerisasi Kondensasi
Pada polimerisasi kondensasi, monomer-monomer saling berkaitan dengan melepas molekul kecil, seperti H2O dan metanol. Polimerisasi ini terjadi pada monomer yang mempunyai gugus fungsi pada kedua ujung rantainya.
PROTEIN
        Nama protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang artinya “peringkat satu” atau“yang utama”. Sesuai dengan namanya, protein adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup. Protein terdapat dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan maupun hewan. Fungsi biologis protein sangat beragam, antara lain sebagai pembangun, pengatur, pertahanan, dan sebagai sumber energi.
Protein merupakan senyawa organik berupa polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Sifat suatu protein bergantung pada asam amino penyusunnya, yang meliputi sekitar 20 jenis asam amino. Unsur utama penyusun protein terdiri atas C, H, O, dan N. Beberapa protein juga mengandung unsurS dan P.
Sekarang, kalian mungkin bertanya-tanya, apa sih asam amino itu? Untuk tahu jawabannya, perhatikan penjelasan berikut ini.
ASAM AMINO
        Asam amino merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai gugus karboksil (-COOH) dan gugus amina (-NH2). Asam amino dapat diperoleh dari hasil hidrolisis protein. Struktur asam amino mengandung gugus -NH2 yang terikat pada atom C alfa (α), yaitu atom C yang terikat pada gugus karboksil.


Macam-macam Kerusakan Protein
Denaturasi Protein
Menurut Winarno (2004), denaturasi diartikan suatu proses terpecahnya ikatan Hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan atau win molekul. Ada dua macam denaturasi, yaitu pengembangan rantai peptida dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul ikatan. Ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi adalah : 
a. Ikatan Hidrogen
b. Ikatan hidrofobik
c. Ikatan ionik
d. Ikatan intramolekuler. 
Denaturasi protein adalah modifikasi konformasi struktur, tersier dan kuartener. Denaturasi struktur merupakan fenomena dimana terbentuk konformasi batu dari struktur yang telah ada. Denaturasi protein mengakibatkan turunnya kelarutan, hilangnya aktivias biologi, peningkatan viskositas dan protein mudah diserang oleh enzim proteolitik (Oktavia, 2007).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Protein
Bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah maka dikatakan protein ini terdenaturasi, sebagaian besar protein globular mudah mengalami denaturasi. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak, molekul akan mengembang. Kadang-kadang perubahan ini memang dikehendaki dalam pengolahan makanan, tetapi sering pula dianggap merugikan sehingga perlu dicegah (Winano, 2002).
Menurut Demodaran dan Paraf (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan protein adalah :
1. Panas
Panas merupakan agen fisik umum yang dapat mendenaturasikan protein.
2. pH (derajat keasaman)
Dalam larutan encer, denaturasi yang dipengaruhi oleh pH dan suhu sangat dekat hubungannya dengan proses denaturasi yang jarang halnya yang dapat digunakan dengan panas saja.
3. Ion Logam
Kedua pH dan kekuatan ion suatu larutan menentukan beban sepenuhnya molekul protein dan kerentana mereka terhadap denaturasi panas
4. Gula dan Polyols
Gula dan polyols dapat menunjukkan pengaruh stabilitas panas pada protein makanan.
5. Sifat Protein
Penambahan bahan kimia seperti Urea, Guadinin, Klorida dan detergen tidak bermuatan ion dapat mengubah struktur dan mempengaruhi jalannya panas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar